Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerusakan Lingkungan Jadi Taruhan Pertumbuhan Ekonomi

Kompas.com - 28/04/2010, 03:39 WIB

Hongkong, Kompas - Kerusakan lingkungan hidup kerap menjadi taruhan dari pesatnya pertumbuhan ekonomi suatu negara. Diperlukan kearifan para pemimpin negara agar pertumbuhan ekonomi tidak lagi didewa-dewakan sebagai penanda keberhasilan rezim.

Ronald Henkoff, Editor Bloomberg Market Magazine Amerika Serikat, melontarkan peringatan itu dalam diskusi bertajuk ”Dilema Lingkungan Hidup Asia” pada Konferensi Media Internasional, Senin (26/4) di kampus Universitas Hongkong, Hongkong, China. Konferensi bertema ”Melaporkan Realitas Baru di Asia-Pasifik” itu dihadiri 300 jurnalis se-Asia Pasifik.

Menurut Henkoff, krisis ekonomi yang menerpa Asia pada 1997 berdampak positif dengan bangkitnya raksasa-raksasa ekonomi baru Asia, seperti China dan India. ”Namun, keberhasilan sejumlah negara itu, dalam pengamatan saya, kurang diimbangi dengan kesuksesan mereka mengatasi sejumlah isu fundamental dalam negeri,” ujarnya.

Henkoff mendasarkan asumsinya itu berdasarkan pemantauannya terhadap kerusakan lingkungan di Malaysia dan India. Malaysia, tuturnya, membuktikan diri sebagai salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi terbaik di Asia Tenggara. Salah satu sandaran ekonomi negara kesultanan itu tak lain ekspor kelapa sawit. ”Tetapi, lahan kelapa sawit di Malaysia, tepatnya di Negara Bagian Serawak, dibikin dengan membabat hutan tropis di Pulau Borneo (Kalimantan). Itu jelas deforestation,” tambah Henkoff.

Pembabatan hutan untuk lahan perkebunan, seperti dilakukan Malaysia, menurut Henkoff, berkontribusi terhadap pemanasan global. Lebih celaka lagi, upaya kelompok kritis di Malaysia terhadap deforestation ini tidak ditanggapi positif. ”Justru yang saya dengar ada tekanan terhadap para aktivis itu karena ada kepemilikan dari unsur petinggi negara dalam bisnis tersebut,” tutur Henkoff lagi.

Henkoff menegaskan, ia tidak hendak mengklasifikasikan pertumbuhan ekonomi sebagai hal tabu. Akan tetapi, semata-mata mengimbau para pemimpin negara agar menciptakan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan upaya membuat kehidupan warganya sejahtera.

Mesin-mesin baru

Isu pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia menjadi salah satu bahasan penting dalam konferensi yang diadakan atas kerja sama East-West Center dan Universitas Hongkong itu. Editor Business Standard, India, Dr Sanjaya Baru, mengungkapkan, ekonomi dunia kini tak hanya digerakkan oleh satu-dua mesin.

”Mesin ekonomi dunia kini tak hanya Amerika Serikat dan Uni Eropa, tetapi juga mesin-mesin ekonomi baru seperti China di Asia dan Brasil di Amerika Selatan. Muncul pula Afrika Selatan di Afrika dan beberapa negara ASEAN,” kata Baru, yang juga mantan penasihat Perdana Menteri India Manmohan Singh. (Adi Prinantyo, dari Hongkong, China)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com