Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Kekurangan Ahli Bedah Saraf

Kompas.com - 24/02/2010, 15:25 WIB

Jakarta, Kompas.com - Sampai saat ini Indonesia yang berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa baru memiliki 173 dokter spesialis bedah saraf, jumlah itu tersebar tidak merata di seluruh Indonesia. Idealnya, rasio ahli bedah saraf adalah 1:100.000, berarti diperlukan sekitar 2000 dokter.

Hal tersebut diungkapkan oleh Dr.dr.Renindra Ananda Aman, Sp.BS, sekretaris Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia dalam jumpa pers acara International Society for Pediatric Neurosurgery Teaching Course 2010 di Jakarta, Rabu (24/2).

"Bedah saraf merupakan kelompok studi sendiri dan bagian dari pendidikan yang berkelanjutan dari ahli bedah. Namun ilmu bedah saraf sendiri kurang dikenal, bahkan di kalangan dokter," tutur dr.Nanda. Dibandingkan dengan Jepang yang penduduknya 127 juta jiwa, di sana terdapat 6000 ahli bedah saraf.

Ia menambahkan, kurangnya informasi mengenai bidang studi bedah saraf membuat minat dokter untuk mendalami ilmu ini masih kurang. Apalagi masa studi ilmu bedah saraf cukup lama, yakni enam tahun. "Kalau mengambil spesialisasi yang lain tiga tahun sudah lulus," paparnya.

Selain kekurangan SDM, dr.Samsul Ashari, Ketua Departemen Bedah Saraf FKUI/RSCM mengatakan fasilitas bedah di rumah sakit daerah masih kurang. "Fasilitas CT Scan dan MRI hanya ada di kota-kota besar. Padahal, persiapan sebelum dan perawatan pasca operasi juga menentukan keberhasilan operasi, terlebih untuk pasien anak-anak," katanya.

Saat ini setiap tahun hanya dihasilkan 12 lulusan ahli bedah saraf di seluruh Indonesia. "Jumlah dokter yang melanjutkan spesialisasi bidang bedah saraf bisa dihitung dengan jari," tutur dr.Samsul. Tak heran bila ada 13 provinsi di Indonesia yang belum punya ahli bedah saraf.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com