Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ACFTA Dilaksanakan, Buruh Ancam Boikot Produk China

Kompas.com - 24/02/2010, 12:43 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kaum pekerja dan buruh kembali menyatakan penolakannya terhadap kerja sama ASEAN China Free Trade Area (ACFTA). Pelaksanaan ACFTA dinilai hanya akan menguntungkan pihak pemerintah dan pengusaha besar, sedangkan kaum buruh dan pengusaha akan semakin terjepit karena terjadi penurunan produksi.

Dalam aksi unjuk rasa di depan Istana Kepresidenan, Jalan Medan Merdeka Utara, Rabu (24/2/2010), ribuan buruh yang tergabung dalam Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) mengancam akan melakukan pemboikotan terhadap produk China jika ACFTA tetap dilaksanakan sesuai jadwal.

"Andaikata Pemerintah tidak bisa memberikan solusi, maka langkah terakhir kami akan serukan pemboikotan terhadap semua produk China," kata Koordinator SPSI Jawa Barat Edi Suherdi.

Edi menjelaskan, dampak buruk ACFTA akan terasa pada kaum pekerja dan industri kecil, terutama, kata dia, pada industri pengadaan bahan baku. Produk bahan baku murah dari China dikhawatirkan akan membanjiri Indonesia dan mematikan industri bahan baku dalam negeri. "Terutama tekstil dan furnitur," ujarnya.

SPSI, ungkap Edi, dengan tegas meminta kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menunda pelaksanaan ACFTA. Ketidaksiapan infrastruktur industri dalam negeri akan memperparah perekonomian dalam negeri dengan adanya ACFTA.

"Selama ditunda ini, pemerintah bisa melakukan sosialisasi dan persiapan kepada kaum buruh dan pekerja kecil. Juga pengadaan infrastruktur yang memadai," tegasnya.

Aksi ribuan buruh akhirnya mendapat tanggapan dari pihak Istana Kepresidenan. Staf Khusus Kepresidenan Felix Wanggai menemui para buruh dan menyatakan bahwa Presiden akan menampung aspirasi para buruh ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com