Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ACFTA Ditolak karena Berbau Asing

Kompas.com - 23/02/2010, 18:12 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kendati telah diberlakukan sejak lama, pro dan kontra penerapan kebijakan perdagangan bebas ASEAN-China Free Trade Agreemet atau ACFTA masih mengemuka. Pengamat Ekonomi A Prasetyantoko menyatakan bahwa kalangan akademisi di universitas menolak pemberlakuan ACFTA ini karena berbau liberalisasi dan asing.

Demikian disampaikan Prasetyantoko saat diskusi ACFTA di Kantor Kompas Gramedia, Jakarta, Selasa (23/2/2010).

"Itu dosen-dosen menolak ACFTA karena ada unsur liberalisasi dan asing. Kan katanya kalau ada yang berkaitan dengan liberalisasi dan asing harus ditolak," paparnya.

Prasetyantoko mengatakan, ketidaksiapan Indonesia menghadapi ACFTA bukan akibat kesalahan kebijakan yang sifatnya temporer, melainkan akumulasi persoalan yang menumpuk secara bertahun-tahun. Akibat pemberlakuan ACFTA ini, beberapa sektor usaha bisa terancam karena kalah dengan produk China yang menyerbu Indonesia. Ini disebabkan oleh daya saing Indonesia yang masih rendah. Berdasarkan Global Competitiveness Index 2009-2010, Indonesia menempati peringkat ke-54 dibandingkan Malaysia yang ada di level ke-24 dan Thailand di posisi ke-36.

"Kalau kita kalah dengan China, siapa yang harus disalahkan? Tidak ada aktornya. Kita ini daya saingnya masih rendah," katanya.

Daya saing yang rendah ini dipicu oleh infrastruktur Indonesia terutama pelabuhan dan jalan yang masih buruk. Di samping itu, kesehatan masyarakat juga rendah, ditandai masih banyaknya penyakit TBC dan malaria serta masih tingginya angka kematian bayi. Kesiapan teknologi Indonesia pun masih kurang.

Meski demikian, Prasetyantoko menegaskan bahwa ACFTA ini positif karena menjadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan daya saing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com