Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Si Tedi hingga Dayang Sumbi

Kompas.com - 08/02/2010, 15:30 WIB

KOMPAS.COM-Menelusuri jalur kereta api (KA) Jakarta-Bandung sungguh mengasyikkan. Bukan hanya pemandangan alam yang asri tapi juga bangunan tua yang menarik. Boleh jadi masih banyak yang belum tahu bahwa jalur tersebut menyimpan beberapa bangunan yang memiliki kisah panjang.

Mengetahui ada hal menarik yang bisa "dijual" sebagai produk wisata, pihak PT Kereta Api (Persero) – PT KA (Persero) – tahun ini mulai mempersiapkan sejumlah bangunan yang dari abad 18 dan 19 di jalur itu sebagai lokasi wisata sejarah. Untuk memperkenalkan aset PT KA yang bernilai sejarah itu, beberapa waktu lalu PT KA mengadakan Heritage Trip Jakarta-Bandung untuk banyak pihak, termasuk wartawan.  

Dari sekian banyak bangunan bersejarah yang ada di jalur tersebut, ada satu yang sudah siap yaitu kantor pusat PT KA di Jalan Perintis Kemerdekaan, Cikapundung, Bandung, Jawa Barat. Bangunan yang dibangun tahun 1869 itu, sudah mulai diubah bak museum. Bangunan itu dipugar sehingga detil gaya yang menunjukkan usia dan keunikan arsitektur bangunan kantor itu tampak.

Sebagai penanda, di pintu masuk ke kantor pusat PT KA ini dipajang satu lokomotif tua berwarna hitam legam, TD 1002.  Lokomotif bikinan Belanda tahun 1926 itu terakhir digunakan tahun 1970 dan pernah berjasa mengangkut segala jenis bahan pangan di wilayah Jawa Barat (dulu disebut wilayah Priangan).

Tedi, demikian nama loko yang pernah jadi penarik gerbong manusia dengan rute Rengasdengklok-Karawang-Wadas-Cikampek-Cilamaya. Tak pelak lokomotif itu jadi perhatian banyak orang karena baru kali itu kantor pusat PT KA memamerkan lokomotif tua. "Ini memang sebagai bagian untuk menarik perhatian. Namun, selain ini masih banyak lagi yang bisa jadi daya tarik sejarah. Seluruh bagian gedung kantor kereta api ini adalah bangunan tua peninggalan Belanda. Usianya sudah 100 tahun lebih dan memang sudah kami catatkan sebagai benda cagar budaya, yang patut dan harus dilestarikan," kata Ella Ubaidi, Kepala Pusat Pelestarian Benda dan Aset Bersejarah PT KA.

Untuk sementara, pengunjung hanya boleh menikmati bangunan bersejarah tersebut pada akhir pekan, Sabtu dan Minggu.

Memasuki kantor yang seabad lalu dijadikan kantor kereta api oleh pemerintah Hindia Belanda kita bisa menyaksikan sebuah ruangan besar yang khas Eropa, atap tinggi dan berukir, yang digunakan untuk menerima tamu dan rapat.

Sejumlah bangunan lain di kompleks kantor pusat itu juga menarik, salah satunya gedung administrasi dan operasional PT KA saat ini, di mana dahulu merupakan bangunan untuk menyimpan arsip. Sebagai kantor arsip, maka bangunan tersebut tahan api. Ketebalan tembok adalah 30 cm dengan  pintu dan jendela baja murni setebal 12 cm.  

Seperti pada bangunan Eropa, khususnya Belanda, yang lain, bangunan ini juga memiliki ruang bawah tanah (bunker). "Sebenarnya di bahwa lantai ini ada bunker yang digunakan sebagai gudang dan perlindungan saat perang," ungkap Sukendar Mulya, salah satu pejabat internal PT KA. Sayang, PT KA tak mengantisipasi keinginan wartawan untuk melihat bunker di kedalaman tujuh meter itu.

Satu lagi bangunan tua milik PT KA di Kota Bandung, yaitu Rumah Dayang Sumbi. Diberi nama demikian karena rumah itu terletak di Jalan Dayang Sumbi, Dago. Rumah ini dibangun tahun 1927 menjadi tempat tinggal seorang juragan tanah dan perkebunan teh berdarah Belanda. Namun, selanjutnya rumah seluas 700 m2, yang tidak jauh dari lokasi wisata belanja Dago dan kampus ITB ini, dijadikan rumah untuk pejabat kereta api pada zaman tersebut.

Kini bangunan itu masih dalam proses pemugaran. Plakat yang menyatakan bahwa peletakan batu pertama dilakukan oleh Ernst Gerard Oscar Kelling pada 2 Maret 1927 masih dipertahankan.

PT KA juga akan menyiapkan satu lagi bangunan bersejarah yang akan dijadikan obyek wisata sejarah, yaitu 21 bangunan gudang di Jalan Sukabumi, Cikudapateuh, Bandung. Karena baru akan dipersiapkan, maka rombongan trip dari Jakarta sekali lagi hanya bisa penasaran, tak  bisa melongok isi gudang dan sebelumnya tak bisa melihat bunker.

Menurut PT KA, dalam gudang itu masih tersimpan persediaan onderdil kereta api dan alat komunikasi zaman baheula.  Meski belum jadi atraksi wisata, areal gudang itu sudah acapkali jadi lokasi pemotretan dan syuting film. Gudang yang dibangun pada 1907 ini dulu luasnya 42 hektar, menyambung hingga Balai Yasa (bengkel kereta api) dan Stasiun Kiaracondong. Kini sebagian lahan itu sudah jadi rumah warga. (WARTA KOTA - Celestinus Trias HP)


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com