JAKARTA, KOMPAS.com — Masyarakat Dayak dan Papua hingga saat ini masih distereotip sebagai orang yang rendah derajatnya, primitif, belum beragama, dan pandangan negatif lainnya, sehingga perlu diberadabkan, diberdayakan, dan diagamakan. Masyarakat Dayak dan Papua selalu diasosiasikan dengan suatu hal yang tidak pernah berubah.
Hal itu dikatakan Staf Khusus Menteri Pertahanan Bidang Sosial, Budaya, dan Agama Prof Achmad F saat membacakan sambutan tertulis dari Menhan Purnomo Yusgiantoro. Achmad mewakili Menhan yang berhalangan hadir saat diskusi "Pulihkan Hak Hidup Masyarakat Adat" di Jakarta, Sabtu (30/1/2010).
Purnomo dalam sambutan mengatakan, masyarakat Dayak sejak dahulu diasosiasikan dengan tradisi mengayau atau memenggal kepala orang untuk mendapat kekuatan. Sedangkan masyarakat Papua diasosiasikan dengan penggunaan koteka atau alat untuk menutupi alat kelamin laki-laki.
Begitu terkenalnya koteka, kata dia, hingga banyak wisatawan datang ke Papua hanya untuk menyaksikan dari dekat masyarakat asli Papua berkoteka. "Para pengrajin kreatif setempat sampai tega memperkuat citra itu dengan memproduksi koteka besar-besaran untuk dijadikan suvenir," jelasnya.
"Bahkan, orang Dani di Lembah Baliem terpaksa mengenakan koteka untuk mempertontonkan orang asli Papua di depan wisatawan mancanegara. Padahal, mereka sehari-hari sudah berpakaian lengkap seperti di Jakarta," ungkap Purnomo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.