Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikah Tanpa Keturunan

Kompas.com - 25/01/2010, 07:43 WIB
Lusiana Indriasari & Ilham Khoiri


Sebagian orang memilih untuk tidak memiliki keturunan ketika mereka menikah dengan pasangannya. Keputusan itu sering dinilai tidak wajar. Namun bagi mereka yang menjalaninya, hidup menjadi terasa lebih mudah.

Banyak latar belakang yang membuat seseorang tidak mau punya anak. Dewi Larasati (50) atau lebih akrab dipanggil Tike merasa tidak siap menjadi orangtua, sampai kapan pun. Bukan biaya yang dipikirkannya, perempuan yang berprofesi pengacara ini tidak tahan dengan kerewelan anak-anak. Ia juga tidak telaten mengurus dan mendidik anak.

”Anak adalah bentuk tanggung jawab kita terhadap kehidupan. Kalau kita tidak siap bertanggung jawab, untuk apa memiliki anak?” kata Tike. Sudah lebih dari 19 tahun sejak ia menikah dengan suaminya, Edmund Heng (54), Tike tidak pernah menyesali keputusannya untuk tidak memiliki anak.

Pengalaman masa kecil diakui Tike ikut memengaruhi keputusannya. Sejak kecil, Tike tinggal di luar negeri karena ibunya, Basundari Suyono, adalah diplomat yang bertugas di beberapa negara di Eropa. Setiap hari, Tike melihat ibunya sibuk luar biasa.

Di samping harus mengurus kelima anak bersama suaminya (Tike dan keempat saudaranya masing-masing hanya berselisih umur satu tahun), Basundari disibukkan dengan tugas-tugas kantor. Ibu Tike ini juga kerap menerima tamu sampai malam hari atau mengikuti perjalanan dinas ke luar negeri, ”Rasanya kok ribet banget mengurus anak,” kata Tike.

Subekti (59) atau Bekti, dosen di Universitas Tarumanegara, Jakarta Barat, punya alasan lain. Pria yang menghabiskan masa kecilnya di Salatiga, Jawa Tengah, itu lebih takut dengan emosinya sendiri bila ia punya anak. ”Saya dibesarkan oleh ibu yang pemarah dan ayah yang tidak dekat dengan anak-anaknya. Kalau saya punya anak, malah kasihan anak-anak saya,” kata Bekti yang yakin bahwa jika punya anak ia akan berperilaku seperti ayah atau ibunya.

Bekti mengaku pernah mengalami tekanan psikologis karena suasana rumahnya yang tidak nyaman. Ia menjadi sosok pendiam, namun menyimpan kemarahan yang mudah meledak. ”Saya bukan benci anak-anak. Tetapi saya tidak tahan kalau mereka rewel atau bertengkar, misalnya,” kata Bekti yang mengaku sudah tidak ingin punya anak sejak duduk di bangku SMA.

Selalu tidak ada alasan tunggal yang melatarbelakangi sebuah keputusan. Seperti diungkapkan Paulus Sapto Indratmo (38), biasa dipanggil Sapto, pekerja swasta di Jakarta yang sudah 10 tahun menikah dengan Lola Larasaki (35).

Sapto mengaku tidak mau punya anak karena tidak mau menambah populasi manusia yang sudah membengkak. Ia juga miris dengan banyaknya anak telantar di negeri ini. Alasan lain, di keluarga Sapto ada riwayat kanker. Ia khawatir riwayat itu bakal menurun ke anak-anaknya.

Komunikasi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com