Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Outbound, "Tradisi Wajib" Beswan Djarum

Kompas.com - 18/01/2010, 16:14 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com - Suara sirene meraung-raung memecah kesunyian belantara pinus Cikole, Bandung, Jawa Barat. Selepas bunyi tersebut, beberapa rombongan perempuan muncul dan berlari kecil sambil meneriakkan sebuah yel-yel.

Langkah mereka terhenti di hadapan dua orang pria berseragam TNI. "Permainan kali adalah bagaimana masing-masing anggota tim kalian bisa bekerjasama untuk saling menyerang dan menghabisi anggota tim lawan. Kalian atur strategi sendiri, lima menit lagi permainan kita mulai," ujar salah satu pria berseragam tersebut.

Tak lama, sambil masing-masing membawa senjata, kedua rombongan perempuan itu serempak masuk ke dalam sebuah hutan kecil berpagar jaring-jaring tipis. Tampaknya, sebuah arena yang memang sudah disiapkan untuk sebuah medan pertempuran. Mulai tumpukan ban bekas, halang rintang,  serta rerumputan lebat liar menghuni di sela-sela pepohonan pinus areal tersebut.

Tiba-tiba, bunyi sirene kembali meraung-raung di udara. Kesunyian pun lagi-lagi pecah. "Satu, dua tiga lima, tiga...., ya!" ujar si pria tadi, lantang mengaba-aba lewat pengeras suara.

Bunyi tembakan senapan pun sontak menggelegar dari berbagai arah. Kedua rombongan perempuan itu berlari ke sana-kemari, bersembunyi di antara rerumputan dan pohon, seraya menembakkan isi senapannya. Dua atau tiga orang malah terlihat sigap merayap di antara rerumputan.

Perlahan, rinai gerimis turun dari langit yang kian lama kian menggelap. Terpaan angin dingin pun mulai menusuk-nusuk lubang pori-pori. Pertempuran baru saja dimulai.

Bukan permainan biasa

"Pertempuran" di arena Paintball War Game-Zone 235 itu merupakan satu dari 14 permainan kerjasama tim dalam "Outbound-Achievement Motivation Training" atau pelatihan di alam terbuka bagi penerima Beasiswa Djarum (Beswan Djarum) yang digelar di hutan pinus Tangkuban Perahu, Cikole, Bandung , 15-17 Januari 2010.

"Paling nyebelin itu kalau disuruh apapun yang sifatnya harus lari-lari, bikin capek soalnya. Kalau yang paling nyenengin itu di saat mengikuti permainan kerjasama. Seru dan benar-benar bikin kompak," kata Deborah Ariani, mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Maranatha Bandung, Sabtu (17/1/2010).

Deborah mengatakan, paintball bukan semata permainan perang-perangan biasa. Pun, permainan itu sebetulnya jauh dari "dunia" anak perempuan seperti dirinya. Di sini, kata dia, permainan itu justeru mengajarkan banyak hal untuk diri dan teman-teman.

"Ternyata satu sama lain itu harus saling dukung. Ada teman yang posisinya menjadi pembuat strategi, ada yang jadi penyergap, ada yang tugasnya melindungi penyergap dan sebagainya, dan harus selalu dalam satu koordinasi untuk bisa mengalahkan lawan. Ini menyenangkan tentunya," ucapnya.

"Dan dari sini saya belajar memahami pendapat orang lain untuk mencari keputusan bersama, karena semuanya untuk kepentingan bersama dengan risiko yang akan ditanggung bersama, yaitu kalah dalam perang," tambah Deborah.

Sehari sebelumnya, Jumat (15/1/2010), Deborah dan 94 mahasiswa-mahasiswi peserta outbound dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta itu sudah mengikuti permainan-permainan ketangkasan sebagai personal games seperti Flying Fox, Human Jump, Sky Run, Turun Tebing, serta Jembatan Tali 2. Untuk team games atau permainan kerjasama tim lainnya selain paintball antara lain adalah spider web, water bridge, trust fall, blind man walking, folding carpet dan lain-lainnya.

Pembina Program Beswan Djarum Rudy Djauhari mengatakan, bekal akademik saja tidak cukup bagi seorang penerima beasiswa untuk terjun ke tengah-tengah masyarakat. Kemampuan berpikir dan mengambil keputusan, kata dia, sudah seharusnya diberikan, yang bahkan jauh sebelum mahasiswa mendapatkan pendidikan atau pelatihan tentang kepemimpinan (leadership skills).

"Soal kepercayaan diri dan kerjasama tim itu memang hanya bidang nonakademik atau soft skills saja, tetapi keduanya tidak bisa dipupuk hanya lewat diskusi dan teori-teori, harus langsung digodok di lapangan dalam bentuk simulasi permasalahan dan kondisi yang real seperti di hutan," ujarnya. 

Rudy mengatakan, dalam kegiatan ini mahasiswa diajak mengenal dirinya sendiri lewat personal games. Di situ, keberanian, kepercayaan dan motivasi diri para peserta menjadi target kegiatan. Untuk seorang penerima beasiswa, tambah Rudy, hal tersebut sangat penting, karena untuk semakin menguatkan kemampuan akademik si mahasiswa.

"Begitu kepercayaan dirinya timbul dan motivasinya bangkit, mereka kami ajak untuk bisa mengenal orang lain, dekat dengan orang lain, dan bekerjasama dengan orang lain untuk sebuah tujuan," ujarnya.

Pada permainan spider web, misalnya. Rudy menuturkan, kerjasama sebuah tim untuk menyeberangkan semua anggotanya melalui lubang-lubang tali berbentuk sarang laba-laba itu adalah satu hal yang sederhana dengan tingkat kesulitan yang tidak terlalu sulit. Tetapi, ketika hanya lantaran anggota badan salah satu peserta tim menyentuh tali jaring, otomatis anggota tersebut gagal atau istilahnya "mati". Poin pun hilang satu.

"Cuma butuh kekompakan dan ketelitian bersama-sama untuk membuat semua anggota tim orang bisa menyeberang dengan aman. Output-nya, permainan ini dengan sendirinya akan menyaring orang yang tepat pada posisi yang tepat pula," kata dia.

Tradisi wajib

Setelah 25 tahun program Beswan Djarum digulirkan, terhitung saat ini penerima beasiswa tersebut berjumlah 6.336 orang. Tahun ini, jumlah penerimanya mencapai 450 mahasiswa dari 71 perguruan tinggi negeri dan swasta. Dan sebagai sebuah tradisi, pelatihan outbound ini masih terus dipertahankan sebagai "ritual wajib" yang harus dijalani oleh seorang penerima beasiswa di setiap angkatannya. 

"Selain besaran beasiswa itu sendiri, saya merasa punya tambahan wawasan baru, khususnya soft skills," ujar Dion Aris dari jurusan Matematika angkatan 2007 di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya.

Aris mengatakan, sebelum mengikuti pelatihan ini, dirinya sedang mengalami satu permasalahan pelik yang belum tertuntaskan. Dia mengaku pusing, karena Olimpiade Matematika Nasional tingkat SMA yang ditanganinya dengan jabatan ketua panitia itu mandeg. Banyak persoalan yang tidak bisa ia selesaikan. 

"Dengan ikut ini saya kembali bersemangat, banyak pencerahan yang membuat saya berani mengambil satu tindakan atau keputusan yang selama ini tidak saya lakukan," ujarnya.

Sependapat dengan Aris, peserta lain bernama Chairina dari Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) mengatakan, pelatihan semacam ini menjadi sangat berharga ketika seorang mahasiswa telah terbuai untuk hanya terfokus pada tujuan akademik saja. Sementara umumnya, banyak lulusan perguruan tinggi itu menjadi merasa gagal karena ternyata tidak bisa memanfaatkan potensi dirinya sendiri akibat terlalu bergantung pada nilai-nilai akademik itu.

"Di sini kita dipaksa untuk mengalahkan rasa takut, berani mengungkapkan pendapat disertai keberanian untuk mempertanggungjawabkan pendapat dan risikonya. Itu tidak akan kita dapatkan di bangku kuliah, dari buku dan dosen," ujarnya.

Sejatinya, penanaman nilai-nilai kepercayaan diri dan kerjasama tim itu sangat lekat pada para peserta outbound. Kendati hanya sebentar, kedua hal itu sepertinya memang muncul di setiap permainan yang digelar.

Setiap saat mahasiswa-mahasiswi itu tersenyum. Setiap saat pula mereka tertawa ceria, kendati selalu harus siaga dan siap menghadapi bermacam masalah secara bersama-sama kendati datang denga tiba-tiba. Seperti bunyi sirene yang memecah kesunyian belantara Cikole petang itu, yang memaksa mereka berpindah ke permainan-permainan selanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com