Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hotel des Indes, dari Batavia ke Den Haag

Kompas.com - 30/12/2009, 14:52 WIB

KAMPUNG Petojo sebelum ada terusan Molenvliet (kini Jalan Hayam Wuruk dan Jalan Gajah Mada) masih berupa hutan. Untunglah kemudian ada Kapitan Tionghoa Phoa Bing Gam yang membuat terusan Molenvliet. Itu terjadi sekitar abad 18. Jika kemudian Petojo menjadi berdenyut dengan kegiatan ekonomi dan dikenal sebagai kawasan pabrik es, maka tak jauh dari situ ada jalan yang diberi nama Jaga Monyet dan kini menjadi Jalan Suryopranoto.

Jaga Monyet, menurut penikmat sejarah Batavia, Alwi Shahab, menjadi nama yang beken hingga tahun 1970-an. Nama itu muncul karena di kawasan itu Belanda membangun benteng, tapi karena masih berupa hutan maka  masih banyak monyet yang berkeliaran sehingga tingkah laku mereka harus dijaga, jadilah nama Jaga Monyet melekat di sana hingga berabad kemudian.

Tak jauh dari Jaga Monyet, berdiri megah sebuah hotel legendaris yang kemudian dengan enteng dibabat habis tak bersisa. Tanpa belas kasihan dan berpandangan jauh ke depan, pemerintah kala itu  menghapus banyak jejak sejarah sekaligus identitas kota .

Hotel itu tak lain adalah Hotel des Indes. Hotel ini sebagian besar berdiri di atas lahan milik Reinier de Klerk (pernah menjadi gubernur jenderal) yang pada 1774 ia jual dan terus berpindah kepemilikan ke beberapa pembesar Belanda. Akhirnya pada 1829 tempat itu diubah menjadi Hotel Chaulan seturut dengan nama siempunya, warga Perancis, Surleon Antoine Chaulan. Kemudian hotel itu berubah nama lagi menjadi Hotel de Provence, pada 1835 dan kembali berubah nama pada 1851 menjadi Het Rotterdamsch Hotel (Hotel Rotterdam).

Auguste Emile Wijss membeli Hotel Rotterdam, dari Chaulan, seharga 40.000 gulden pada 20 April 1852. Di tangan Wijss inilah maka pada 1 Mei 1856 Hotel des Indes lahir  tapi pada 1860 ia menjualnya ke Louis Cressonnier yang memiliki hotel ini hingga 1880. Kemudian kepemilikan de Indes terus berpindah ke Theodoor Louis Gallas, Jacob Lugt. Konsep sebagai hotel besar muncul di masa Lugt dan di masanya, lahan hotel ini bertambah hingga seluas 6,5 hektar. Hotel ini terus berjaya hingga kemerdekaan RI dan berubah nama menjadi Hotel Duta Indonesia. Awal tahun 1970 hotel ini dirubuhkan dan diganti Kompleks Pertokoan Duta Merlin.    

Dalam sebuah website kenangan warga Belanda di Batavia tercatat, John Wayne, bintang film koboi asal Amerika pernah mampir makan di Hotel des Indes pada 1958.  Hotel ini juga beberapa kali digunakan sebagai tempat perundingan Indonesia – Belanda. Hotel ini makin ditinggalkan ketika Presiden pertama RI, Soekarno, membangun Hotel Indonesia persis di jantung ekonomi Jakarta. Hotel Indonesia pun kini harus berdandan dan menjadi Hotel Indonesia Kempinski Jakarta.

Jika Hotel des Indes di Batavia harus menemui ajal atas nama pembangunan, maka tidak demikian pada hotel yang sama di Den Haag, Belanda.  Hotel yang kini jadi hotel bintang lima ini sudah ada sejak 1881.  Lebih dari seabad sudah, hotel ini jadi ikon kota Den Haag (The Hague). Sebelum menjadi hotel, bangunan yang sudah berdiri  sejak 1858 itu dipakai sebagai kediaman Baron Van Brienen, penasehat pribadi Raja William III. Pada tahun 2004 hotel ini dipugar besar-besaran.

Hotel des Indes di Den Haag berdiri setelah hotel yang sama lebih dulu ada di Batavia pada 1856. Di Batavia, hotel ini begitu beken di antara orang Eropa, termasuk Belanda.

Di Indonesia, khususnya di Jakarta, bangunan bersejarah bukannya dipugar, dipertahankan, tapi lebih baik dirubuhkan dan segera diganti bangunan baru yang tanpa konsep. Sebuah penggenapan atas tidak adanya perencanaan penataan perkotaan yang ajeg, yang pasti, yang jadi ciri khas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com