Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

YLKI Kampanye Antirokok di Terminal Kampung Rambutan

Kompas.com - 21/12/2009, 15:55 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Survei penegakan Kawasan Dilarang Merokok (KDM) di angkutan umum yang dilakukan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pada bulan Juli 2009 menunjukkan, 89 persen angkutan umum yang ada masih melanggar ketentuan dilarang merokok di lingkungan umum.

Hasil survei juga menunjukkan, sopir angkutan umum adalah yang paling banyak melanggar (43 persen), diikuti penumpang (40 persen), dan kernet (17 persen). Menindaklanjuti hasil survei tersebut, YLKI mengadakan Kampanye Penyuluhan "Dampak Asap Rokok dan Pentingnya Penegakan Kawasan Dilarang Merokok di Angkutan Umum" di Terminal Kampung Rambutan, Senin (21/12/2009).

Sudah sejak pagi sopir, kernet, dan warga Terminal Kampung Rambutan berkumpul bersama menyaksikan kampanye antirokok tersebut. Kampanye tersebut memberi pesan kepada para sopir dan kernet yang datang bahwa merokok adalah perbuatan yang sangat merugikan.

"Mereka yang merokok belum tahu bahwa apa yang mereka lakukan mengganggu orang lain, kalau sudah tahu saya yakin tidak ada yang melakukan," kata Fuad Baradja, salah satu pembicara.

Fuad menjelaskan beberapa hal kepada para sopir dan kernet, antara lain, tentang betapa meruginya orang lain yang menghirup asap rokok, penyakit apa saja yang dapat menghinggapi si perokok, hingga tips-tips untuk berhenti merokok. Sopir dan kernet yang datang tampak sangat memerhatikan penjelasan tersebut. Beberapa dari mereka bahkan mengaku akan berhenti merokok mulai besok.

"Saya akan berhenti merokok mulai besok," kata Maman Junaedi, salah satu sopir bus. "Mari kita beli permen aja, jangan beli rokok," teriak seorang sopir lain diikuti seruan rekan-rekannya.

Pemerintah telah membuat regulasi terkait larangan merokok di tempat umum, yaitu Perda No 2 Tahun 2005. Namun, sampai saat ini jumlah perokok di Indonesia masih tinggi.

Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan, Indonesia saat ini menempati peringkat ketiga jumlah perokok terbanyak di dunia setelah China dan India. "Rokok kita murah dan cukainya rendah," kata Tulus Abadi, mengungkapkan alasan tingginya angka perokok di Indonesia.

"Padahal, dulu kita masih di peringkat kelima," kata dia lagi.

Acara diakhiri dengan pembacaan deklarasi penegakan Kawasan Dilarang Merokok di angkutan umum oleh salah seorang sopir. Deklarasi tersebut diharapkan merupakan tekad dan komitmen yang kuat dari para sopir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com