Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meluruskan Klaim Wingko Babad

Kompas.com - 14/12/2009, 10:43 WIB

Oleh Zudi Setiawan

Kekhasan suatu daerah bisa dilihat dari bahasa, pakaian, bentuk rumah, serta jenis makanan masyarakatnya. Kota Semarang yang memiliki slogan "The Beauty of Asia", Pesona Asia, dikenal memiliki beberapa jenis makanan khas. Salah satu makanan khasnya adalah wingko babad, makanan kecil sejenis kue.

Makanan ini dapat dengan mudah kita temukan di sepanjang Jalan Pandanaran yang memang dijadikan sebagai pusat oleh-oleh makanan khas kota tersebut.

Keaslian wingko babad sebagai makanan khas Kota Semarang sebenarnya masih dapat dipertanyakan. Hanya dengan melihat nama wingko babad saja sudah menimbulkan banyak tanya bagi kita. Kenapa dinamai wingko babad, bukannya wingko semarang?

Apabila dilihat dari sejarahnya, wingko babad sebenarnya bukanlah makanan asli Kota Semarang. Sejarah mencatat bahwa kue wingko berasal dari kota kecil bernama Babad yang terletak di dekat Tuban, Jawa Timur. Sejak dulu hingga sekarang, kue wingko biasa dijual di Babad. Dari sinilah kemudian kue wingko terkenal dengan nama "wingko babad".

Pada saat ini, Babad merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Lamongan. Website resmi Kabupaten Lamongan menyebutkan bahwa wingko babad adalah salah satu makanan khas Lamongan. Hal yang sama juga terjadi di Semarang. Pemerintah Kota Semarang menyatakan bahwa wingko babad merupakan salah satu makanan khas Semarang sehingga ada dua klaim dari dua daerah (Semarang dan Lamongan) terhadap satu makanan khas yang sama, yakni wingko babad. Wingko babad di Semarang

Yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah bagaimana sejarah awal kemunculan wingko babad di Semarang sehingga pemerintah dan warga Kota Semarang mengklaim wingko babad adalah salah satu makanan khas daerahnya?

Sejarah telah mencatat bahwa wingko babad pertama kali muncul di Semarang sekitar tahun 1946. Wingko babad ini pertama kali dibawa oleh seorang wanita bernama Loe Lan Hwa bersama suaminya, The Ek Tjong (D Mulyono). Mereka beserta kedua anaknya yang masih kecil-kecil, The Giok Kwie (6 tahun) dan The Gwat Kwie (4 tahun), mengungsi dari Kota Babad ke Kota Semarang sekitar tahun 1944. Di tengah suasana panas Perang Dunia II, dari Babad yang dilanda huru-hara, mereka datang ke Semarang untuk mencari kehidupan yang lebih aman.

Pada saat mereka datang ke Semarang belum ada orang yang menjual kue wingko. Maka pada tahun 1946 mulailah Loe Lan Hwa dengan dibantu suami, The Ek Tjong, membuat dan menjual kue wingko di kota Semarang. Kue wingko tersebut dijajakan dari rumah ke rumah, di samping dititip-jual di sebuah kios sederhana yang menjual makanan di stasiun kereta api Tawang Semarang. Setiap kereta berhenti, petugas kios menjajakan kue wingko beserta makanan lainnya kepada penumpang di dalam kereta api.

Kue wingko buatan Loe Lan Hwa itu ternyata banyak disenangi warga Kota Semarang. Banyak di antara warga Kota Semarang yang menanyakan nama kue tersebut kepada Loe Lan Hwa. Maka, untuk memenuhi keingintahuan pembelinya dan sekaligus sebagai kenang-kenangan terhadap kota Babad tempat dia dibesarkan, Loe Lan Hwa menyebut kue buatannya itu sebagai wingko babad. Kue wingko babad buatan Loe Lan Hwa itu pun semakin terkenal dan dicari banyak orang sebagai oleh-oleh dari Semarang (SN Wargatjie, 2003). Dari sinilah kemudian orang mengenal kue wingko babad sebagai makanan khas Kota Semarang, walaupun sebenarnya berasal dari Babad, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com