Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trik Berkelit dari Pria Parasit

Kompas.com - 29/10/2009, 09:37 WIB

KOMPAS.com - Dia mungkin pria tertampan dan simpatik yang pernah Anda temui. Makanya, Anda mungkin tidak ragu untuk menerima ajakannya kencan. Tidak ada yang salah pada dirinya. Dia rajin menelepon, memanjakan, dan mentraktir Anda. Tetapi, itu dulu. Beberapa bulan lalu, saat dia sedang gencar-gencarnya melakukan pendekatan. Setelah masa "bulan madu" berakhir, inilah yang terjadi.

Minta ditelepon
"Huny, tlp donk." Bunyi pesan singkat darinya, setelah beberapa kali miss called. Awalnya mungkin senang-senang saja. Toh dia kekasih Anda, wajar kan jika dia minta ditelepon. Makanya, ketika dia minta dihubungi, Anda akan sigap menelepon balik dan mengobrol panjang lebar. Begitu seterusnya. Sampai di akhir bulan, Anda baru merasa sesak nafas, karena tagihan telepon membengkak hingga tiga kali lipat.

Cinta sih cinta, tapi kalau cinta Anda harus mengeluarkan uang Rp 1,5 juta untuk ngobrol yang enggak penting, itu berlebihan. Anda mungkin pernah bertanya soal kebiasaannya ingin ditelepon ini. Dan jawabannya? "Pulsa saya habis, sayang. Masa sih soal pulsa saja kamu hitung-hitungan? Berapa sih yang terpakai, saya ganti deh pulsa kamu, jangan khawatir." Jawaban ini yang selalu jadi andalannya.

Bayarin dulu dong
Seperti layaknya pasangan lain, kencan sudah menjadi agenda wajib. Biasanya dialah yang memberi referensi soal tempat. "Sayang, resto ini makanannya enak lho, tempatnya juga asyik, kita ke sana, ya." Awalnya Anda mungkin oke-oke saja. Tetapi kemudian menjadi tidak oke, lantaran setiap kali Andalah yang kebagian peran menyelesaikan bill. Ya, semuanya, biaya makan, tip pelayan, sampai biaya parkir. Yang menjengkelkan dia selalu punya seribu alasan untuk menghindar dari kewajiban.

Di bulan-bulan awal jadian, dia selalu mengatakan tidak membawa uang, belum ke ATM, dan dompetnya ketinggalan. Atau dia akan bilang, "Pakai uang kamu dulu ya, nanti aku ganti." Berikutnya, dia akan bilang, "Hari ini kamu yang traktir, kan?" Gampang ditebak, ini semua cuma lip service belaka, karena dia tidak pernah mengganti dan mentraktir Anda di lain harinya. Nah, ketika hubungan makin dekat, kadar kesopanannya jauh berkurang. Tanpa tedeng aling-aling dia akan langsung menyodorkan bill makannya pada Anda.

Kalau terlanjur sayang
Bila Anda terlanjur terjerat cinta pada pria yang berbakat parasit, tidak ada jalan selain merevisi hubungan Anda. Komunikasikan persoalan ini pada pasangan, kalau perlu memberi pelajaran, biar dia tahu Anda tidak mudah dipermainkan. Anda bisa coba trik pura-pura ketinggalan dompet ketika jalan dengannya. Atau mengeluarkan uang sesuai keperluan Anda. Lakukan berulang kali agar dia merasa tidak enak hati.

Bila tidak bisa dikomunikasikan, maka langkah selanjutnya adalah negosiasi. Misalnya, Anda yang biasanya bermurah hati, kali ini cobalah bersikap pelit. Yang biasanya gemar mentraktir, cobalah mulai hitung-hitungan. Stop dulu deh kebiasaan memberi hadiah atau memberi tumpangan. Cara seperti ini efektif untuk mengukur kesungguhan cinta si dia. Dari sini bisa ketahuan apakah dia beneran cinta atau pura-pura cinta.

Jika dia masih belum juga tobat, dan tetap bersikap seperti parasit, Anda mesti bersikap tegas. Akhiri saja tali cintanya sebelum terlibat terlalu jauh. Pria seperti itu tidak layak untuk Anda. Seperti kata Gita Gutawa, pria seperti ini seharusnya dibuang ke ujung dunia, dehidrasi di Gurun Sahara, dan hilang di Segitiga Bermuda. Dan jangan kembali.

 

(Ika Nurul Syifaa/CHIC)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com