Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batik, Jangan Cuma Puas Diakui UNESCO

Kompas.com - 30/09/2009, 19:39 WIB

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengumuman pengukuhan batik Indonesia dalam daftar representatif budaya tak benda warisan manusia atau Representative List of Intangible Cultural Heritage- UNESCO yang direncanakan pada Jumat nanti di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, diakui membanggakan bangsa Indonesia. Tetapi diharapkan Indonesia tidak berhenti berjuang setelah pengakuan dunia tanpa mengembangkan batik supaya makin berkontribusi positif secara multidimensi bagi masyarakat di Indonesia.

 

Doddy Soepardi, Dewan Pembina Yayasan Batik Indonesia, dalam jumpa pers mengenai rencana pengumuman pengukuhan batik Indonesia dalam daftar representatif budaya tak beda warisan manusia di Jakarta, Rabu (30/9), mengaku optimistis batik semakin berkembang. Dengan berkembangnya produk desainer, motif atau ragam batik juga berkembang terus, kata Doddy.

 

Seandainya penetapan UNESCO tetap sesuai rencana, batik menjadi warisan budaya Indonesia ketiga yang diakui dunia. Sebelumnya adalah wayang (2003) dan keris (2005) yang ditetapkan UNESCO sebagai karya agung budaya lisan dan tak benda warisan manusia.

 

Selanjutnya yang menunggu giliran adalah best practices diklat budaya batik Indonesia yang diharapkan bisa ditetapkan sebagai best practises untuk perlindungan warisan budaya tak benda. Selain itu, Indonesia juga sedang memperjuangkan angklung.

 

Mohammad Nuh, Menteri Komunikasi dan Informasi yang juga menjabat Menteri Kebudayaan dan Pariwasata Ad-Interim mengatakan dengan adanya pengukuhan dunia pada batik Indonesia tidak perlu lagi ada keraguan dari masyarakat soal kepemilikan batik. Kita mengajukan batik ke UNESCO juga dalam rangka proses kepemilikan. Ini kewajiban moral untuk menyelamatkan warisan bangsa. Kita tidak melarang bangsa lain memakai produk budaya Indonesia. Tetapi jika ada pengklaiman atau pengakuan sebagai hak milik oleh suatu bangsa lain, tentu kita tidak bisa tinggal diam, kata Nuh.

 

Menurut Nuh, sekitar sejam setelah diumumkan secara resmi oleh UNESCO, rencananya Selasa malam Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan mendeklarasikan pengukuhan batik tersebut. Keyakinan batik Indonesia masuk dalam daftar representatif budaya tak benda warisan manusia UNESCO karena Indonesia telah memperjuangkan melalui proses yang panjang dan hanya tinggal menunggu legitimasi dari hasil pembahasan kelayakan dalam pertemuan UNESCO di Abu Dhabi.

 

Nuh mengatakan perlu terus ditumbuhkan kesadaran sosial di kalangan masyarakat untuk mencintai dan menyelamatkan produk budaya bangsa. Menyelamatkan itu dalam arti berjuang untuk mendapatkan pengakuan secara resmi dan menjadikan produk budaya sebagai bagian dari aktivitas keseharian.

 

Pengakuan batik Indonesia secara internasional, kata Nuh, tidak bermakna jika masyarakat Indonesia sendiri tidak mengapresiasi batik. Perkembangan batik sekarang mesti terus dipertahankan sehingga tetap menjadi bagian dari keseharian masyarakat.

 

Pemerintah akan mengembangkan pengakuan, lalu juga membantu untuk memperkuat promosi. Dengan demikian, sentra-sentra batik yang ada semakin berkembang dan mampu memunculkan keunikan-keunikan dalam kreasi batik. Selain itu, pemerintah akan membantu supaya batik mudah mendapat lisensi atau hak paten.

 

Surya Dharma, Kepala Pusat Informasi dan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata menjelaskan batik Indonesia masuk dalam representatif budaya tak benda warisan manusia UNESCO karena melihat pada nilai-nilai historis, filosofis, aspek-aspek religius yang melatarbelakangi pembuatan batik. Penilaian tidak sekedar motif batik Indonesia saja yang memang diakui dunia.

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com