Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mami Vinolia, Berjuang Entaskan Waria dari Jalanan...

Kompas.com - 14/09/2009, 13:05 WIB

Perlahan, dukungan dari PKBI dan teman-teman membuat Mami bisa percaya diri dan optimistis. Mami bisa melanjutkan lagi hidupnya. Selain sebagai relawan di PKBI, Mami juga direkrut sebagai pendamping penderita HIV/AIDS oleh Dinas Kesehatan DIY. Sekitar 12 tahun di PKBI, Mami pun memutuskan keluar agar perjuangannya memerhatikan waria lebih fokus. Ia pun lantas mendirikan LSM Kebaya.

Awalnya ada yayasan dari Swiss tertarik dengan yang Mami lakukan. "Yayasan itu mau membantu dana, tapi, saya mesti membuat lembaga dulu. Karenanya, saya memilih bentuk LSM. Saat itu susah sekali ngajak teman, tapi akhirnya dapat empat orang. Untuk biaya akta notaris yang hanya Rp 1,5 juta, kami utang sana-sini," ceritanya.

Bantuan dana hanya berjalan setahun. Delapan bulan selanjutnya, Mami banting tulang. Untunglah saat itu Mami banyak ditanggap sebagai pembicara seminar dan terlibat di banyak kegiatan. Penghasilannya bisa dibilang nyaris semua untuk Kebaya.

Selanjutnya LSM Kebaya mendapat suntikan dana dari yayasan di Belanda selama enam bulan, dan berakhir Maret 2009 lalu. Empat bulan masa transisi lagi, sampai Juli lalu saat sebuah yayasan dari Amerika Serikat mau mendanai Kebaya hingga Maret 2010.

Terkait mendapat dana untuk LSM Kebaya yang dipimpinnya, bukan hal mudah. Penyandang dana mau membantu karena melihat kiprah dan program Kebaya dan kesungguhan Mami, memang ada dan terbukti. Tapi Mami kadang mendengar celetukan negatif dari kanan-kiri. "Wah pasti uangnya dipakai untuk ini-itu,.. Tapi Mami optimitis karena ia merasa bertidak benar," katanya.

Selanjutnya bagaimana, setelah bantuan dana selesai? Mami dan teman teman-teman di Kebaya ya mesti nyari dana lagi. Pokoknya, Mami harus bisa mengentaskan sekitar 300 teman-teman Mami dari jalanan. "Saat ini, separuhnya masih keluar malam, mejeng di jalanan," ucap Mami.

Dari 300-an waria ini, kata Mami, baru 220 yang tergabung di Kebaya. Untuk menyadarkan mereka, mesti pelan-pelan. Jika dalam sebulan, ada satu orang berhenti dari kluyuran di jalan, bagi Mami itu sudah prestasi.

"Yang sulit itu adalah meyakinkan mereka, mereka sudah terbiasa di jalanan. Mami harus dekati, hari ke hari. Datang ke kosnya, ngobrol seharian, ngomong secara hati-hati. Satu lagi yang sulit adalah, tentangan dari waria yang tergolong senior, yang bertahun-tahun sudah ngoyot di jalanan. Sebab, mereka sudah tahu Mami dari remaja. Mereka tahu siapa itu Mami. Mami dulu kan termasuk waria yang tak diperhitungkan di jalanan. Mami kan nggak cakep," ujarnya.

Selain mengentaskan waria, cita-cita Mami yang lain adalah agar anak-anak yang waria, jangan mengalami perlakukan kasar di keluarga dan dianggap aib. "Saya pernah mengalami hal itu waktu kecil dan remaja. Sehingga saya bisa bilang, stop.. Kami ini manusia," ujar Mami yang di KTP namanya tertulis Vinolia Wakijo, ini.

Ada pertanyaan menggelitik yakni mengapa Mami berjilbab? Mami menjawab sederhana. "Mami merasa nyaman saat memakai jilbab. Tapi tidak setiap acara dan kegiatan Mami pakai jilbab," kata sosok kelahiran Yogya 9 Mei 1958 ini, sembari tersenyum.

Di KTP, ia tertulis bernama Vinolia Wakijo, dan berjenis kelamin laki-laki. Anak keempat dari 4 bersaudara ini, nggak keberatan dengan itu karena memang demikian benarnya.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com