Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trauma Membekas di Lokasi Penyergapan Teroris

Kompas.com - 09/08/2009, 04:00 WIB

TEMANGGUNG, KOMPAS.com - Anak-anak yang berada di lokasi penyergapan teroris yang diduga Noordin M. Top di Dusun Beji Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung, Jateng, merasa trauma dengan peristiwa yang menewaskan seorang teroris tersebut.
     
Ina (11) warga Beji Desa dan Kecamatan Kedu, Temanggung, Sabtu (8/8), mengaku merasa takut dengan adanya peristiwa tersebut karena dirinya melihat dengan kepala sendiri tembakan yang dilancarkan Densus 88 dan ledakan yang sangat keras tersebut.
     
"Saya takut Pak karena suara tembakan dan ledakan sangat jelas terdengar, bahkan saya melihat dengan kepala sendiri peristiwa tersebut," kata siswa kelas V Sekolah Dasar (SD) tersebut.
     
Rumah Ina hanya sekitar 100 meter dari rumah Muhzahri yang disergap tim Densus 88 Sabtu pukul 09:30 WIB. Tiyo (8) mengatakan, dirinya melihat peristiwa penyergapan tersebut seperti adegan dalam film televisi.

"Saya lihat ada tembak-tembakan, bom-boman seperti layaknya adegan di televisi," katanya. "Saya merasa takut karena baru pertama kali saya melihat banyak polisi yang membawa senjata lalu lalang di sini," kata siswa kelas dua SD.
     
Nurtoni (36) mengatakan, saat terjadinya pengepungan dan penyergapan terhadap rumah Muhzahri tersebut dirinya tidak sempat mengungsikan anak-anaknya ke tempat lain karena dirinya sendiri merasa sulit keluar dari rumah karena daerahnya termasuk kawasan yang tidak boleh dilalui masyarakat umum saat penyergapan.
     
Di samping itu, kata dia, saat itu orang yang ada di depan rumahnya cukup banyak sehingga dirinya sulit membawa keluar anaknya dari rumah. Seperti diwartakan sebelumnya, siswa Sekolah Dasar Negeri 03 Kedu yang berada pada jarak sekitar 25 meter dari rumah Muhzari sempat libur saat penyergapan padahal tidak ada jadwal libur pada sekolah tersebut.
     
Sarwitono, petugas kebersihan sekolah tersebut mengatakan, sebenarnya tidak ada hari libur pada Sabtu ini karena dirinya juga berdinas. Tetapi, kata dia, karena jalan-jalan menuju ke sekolah ini ditutup karena terhubung dengan rumah Muhzahri yang sedang disergap petugas kepolisian.
     
"Murid-murid dan guru tidak ada yang masuk ke sekolah ini sehingga pintu-pintu kelas saya tutup," katanya. Sampai Sabtu sore lokasi rumah Muhzahri masih dibanjiri oleh masyarakat yang ingin menyaksikan dari dekat hasil sergapan petugas kepolisian.
     
Mereka datang ke lokasi kejadian hanya ingin melihat rumah yang sudah berantakan tersebut karena genting atap banyak yang rusak, jendela, pintu rumah juga rusak, kemudian tembok pembatas antara ruang tamu dengan ruang tidur jebol, dan lain sebagainya. Bahkan, dengan menggunakan kamera di telepon selulernya, mereka mengabadikan rumah yang dijaga ketat petugas kepolisian ke dalam teleponnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com