JAKARTA, KOMPAS.com — Diduga kuat, gembong teroris Noordin M Top tewas dalam penggerebekan yang dilakukan Densus 88 dan aparat kepolisian sejak Jumat (7/8) kemarin, hingga Sabtu (8/8) pagi ini. Selama ini, Noordin dan kelompoknya terkenal "licin". Jika memang Noordin tewas, apa yang menyebabkannya kali ini terperangkap dalam kepungan aparat kepolisian?
Pengamat Militer Andi Widjajanto melihat, selama ini pihak kepolisian memang menunggu waktu yang tepat. Setelah Noordin berulang kali lolos, polisi menunggu kelompok teroris itu melakukan kesalahan. Kesalahan besar kelompok Noordin kali ini, menurutnya, melakukan konsolidasi di wilayah Wonosobo-Temanggung.
"Kesalahan terbesar, konsolidasi dilakukan di antara wilayah Wonosobo-Temanggung. Padahal, wilayah ini sudah diintai intensif oleh intel," kata Andi, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu.
Selama ini, dalam pengamatan Andi, di manapun pengeboman dilakukan, Noordin dan kawan-kawan selalu konsolidasi di Wonosobo-Temanggung pasca-melancarkan aksinya. "Tapi saya heran, kenapa sekarang konsolidasi mereka sangat cepat. Saya melihat ada kepercayaan diri yang tinggi setelah bom Mega Kuningan," ujarnya.
Kepercayaan diri yang dimaksud hanya berselang tiga minggu dari peristiwa, kelompok ini sudah melakukan konsolidasi. Padahal, pihak kepolisian tengah intensif melakukan pencarian terhadap mereka.
Kelompok Temanggung yang beberapa anggotanya berhasil ditangkap polisi sebelum penggerebekan, dikatakan Andi, kemungkinan merupakan kelompok baru dalam jaringan Noordin M Top.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.