Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hendropriyono: Ada Kelompok yang Melindungi Teroris

Kompas.com - 23/07/2009, 20:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono menilai, Indonesia, khususnya aparat intelijen, bukanlah satu-satunya pihak yang harus merasa kebobolan akibat serangan peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton.

Kecolongan, menurut Hendropriyono, juga dirasakan seluruh masyarakat dunia lantaran mengingat aksi teror yang dilancarkan pelakunya adalah jaringan teroris global. Seolah gurita, jaringan teroris global tersebut memang punya banyak tentakel, yang tersebar di banyak negara di dunia ini.

Pernyataan itu disampaikan Hendropriyono, Kamis (23/7), saat dihubungi Kompas per telepon. Menurutnya, jaringan teroris yang beroperasi di banyak negara tadi hanya bisa tuntas diberantas jika bagian otaknya bisa dihancurkan.

"Dunia telah mengakui kemampuan aparat intelijen kita, mulai dari BIN, Polri, dan TNI, pascapengungkapan teror Bom Bali I dan II. Namun sayang, bantuan yang diberikan oleh negara maju tidak berimbang dan sifatnya sekadar pelatihan teknis, penandatanganan MoU, atau pemberian bantuan dana yang terkesan hanya seperti basa basi," ujar Hendropriyono.

Bagaimana tidak, sejak tahun 2002 sampai sekarang, praktis negara maju tidak pernah bersedia menginisiasi atau bahkan menggelar pola operasi intelijen bersama dengan pihak Indonesia. Bahkan, menurut Hendropriyono, intelijen negara maju hanya mau meminta akses dan informasi yang mereka perlukan tanpa mau berbagi hal sama yang mereka miliki.

Salah satu contohnya ketika salah satu gembong teroris, Hambali, diserahkan ke AS, tetapi Indonesia tidak pernah mendapat informasi strategis yang diperlukan. "Kalau mau kerja sama ya harus terpadu. Jangan cuma mau minta akses dan informasinya saja dari kita. Harus ada sinkronisasi dan kemauan untuk sama-sama membuka diri," katanya.

Selama ini, mulai dari Densus 88 hingga Satgas Intel Polri dan BIN sudah berhasil menangkapi para pelaku kunci, juga memutus aliran komunikasi dan pendanaan mereka. Akan tetapi, diakui, masih ada satu kendala besar lain yang mempersulit kerja aparat intelijen mengungkap jaringan teroris yang ada di Indonesia selama ini. Kendala utama itu terkait masih adanya kelompok-kelompok kecil dalam masyarakat, yang membantu anggota teroris tersebut untuk bersembunyi.

Kelompok tersebut menurut Hendropriyono tidaklah besar jumlahnya, tetapi mampu menyediakan semacam habitat yang cocok bagi para pelaku teror untuk tetap bersembunyi dan terus beraktivitas.

"Ajaran Islam di Indonesia ini kan sebetulnya mengutamakan keharmonisan, moderat, dan toleran. Namun, ada yang kemasukan ajaran garis keras. Seharusnya, masyarakat tidak tinggal diam. Mereka harus aktif membatasi kemungkinan terbentuknya 'habitat' baru," ujar Hendropriyono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com