JAKARTA, KOMPAS.com — Calon presiden Muhammad Jusuf Kalla menyatakan, peristiwa kerusuhan Mei 1998 silam bukanlah sebuah kerusuhan rasial terhadap kelompok Tionghoa, khususnya kaum perempuan Tionghoa.
Peristiwa tersebut justru merupakan peristiwa sosial yang dilandasi akibat kesenjangan ekonomi akibat krisis ekonomi yang tidak kunjung tuntas.
Demikian disampaikan Kalla saat menjawab pertanyaan sosiolog Meily G Tan, saat berdialog ekonomi dengan para tokoh dan pengusaha yang tergabung dalam Perhimpunan Indonesia Tionghoa (Inti) di sebuah hotel di kawasan Kota, Jakarta, Jumat (3/7) sore ini.
"Bahwa ada pelanggaran HAM ya, akan tetapi itu bukan soal rasis, bukan. Akan tetapi, soal krisis ekonomi seperti masalah pengangguran, harga-harga bahan pokok yang tinggi dan beban ekonomi lainnya," tandas Kalla.
Menurut Kalla, masyarakat kecil pada saat kerusuhan tidak hanya karena terbebani masalah ekonomi, tetapi marah karena pengutang BLBI kabur dan menyisakan utang sampai Rp 600 triliun. Dikatakan Kalla, pada waktu itu yang menjadi korban bukan hanya masyarakat Tionghoa, melainkan juga masyarakat kecil yang mati terbakar saat membawa barang-barang di mal-mal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.