Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gereja St Yoseph Matraman, Saksi Sejarah Kota Militer (2)

Kompas.com - 03/07/2009, 14:39 WIB

GEREJA St Yoseph terletak di Jalan Matraman Raya. Karena itu, gereja tersebut dikenal dengan nama Gereja St Yoseph Matraman. Menurut sejarawan Jakarta Alwi Shahab, penamaan Matramanweg atau Jalan Matraman terkait dengan keberadaan pasukan Mataram yang membangun parit pertahanan untuk pasukannya di daerah ini pada tahun 1628-1629.

Tahun 1813, Herman Willem Daendels, menggeser pusat pertahanan Batavia di Meester Cornelis (sekarang Jatinegara), demi menangkal serbuan Inggris. Selanjutnya, Matramanweg menjadi bagian kota militer Meester Cornelis. Matramanweg tak lepas dari peran jalan raya penghubung untuk pengangkutan militer dari Meester Cornelis ke pusat kota Batavia, di Pelabuhan Sunda Kelapa.

Nama Meester Cornelis merujuk ke Cornelis Senen, seorang guru, pendoa, dan pengkotbah berdarah Maluku yang melayani orang yang beragama Protestan. Atas karyanya, pemerintah Belanda memberinya gelar Meester, dan mendapatkan sebidang tanah yang digunakan sebagai perkebunan kelapa dan tebu, pertanian sawah, pada tahun 1661.

Hingga tahun 1870, jalan raya Matraman masih seperti pedesaan terpencil. “Di kiri kanan jalan masih terdapat banyak pohon kelapa dan pisang. Sedangkan di pinggir jalan raya terdapat tiang lampu minyak yang dinyalakan pada malam hari,” papar sejarawan Alwi Shahab.

Tradisi Basilika
Gereja St Yoseph awal dirancang sebagai katedral mini. Desain awal bangunan Gereja St Yoseph didominasi elemen vertikal yang menjulang. Menara di bagian depan gereja terdiri dari menara utama dengan mahkota salib di atasnya, didampingi dua menara yang lebih pendek di sisi kanan dan kiri. Patung Santo Yoseph terletak di atas pintu masuk utama, seperti halnya patung Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga yang ada di atas pintu masuk utama Gereja Katedral, Jakarta.

Bangunan dengan bentuk struktur vertikal juga tampak di bagian dalam gereja, terdapat pilar-pilar yang menempati 2/3 ruangan gereja, ditambah dengan desain interior bernuansa vertikal di sekeliling altar, seputar tabernakel dan panti imam yang berkiblat kepada Kristus tersalib.

Desain lantai gereja yang digubah dari bentuk salib, terlihat pada jalan menuju altar dan terpotong jalan yang melintang dan melebar di ujung bagian kiri dan kanannya. Secara keseluruhan, Ir Ghijsels mengikuti desain tradisi basilika yang menawan, namun dengan penyederhanaan bentuk. Tak lupa, desain ditata serba akuistik, agar suara imam dan koor terdengar jelas, mengingat teknologi masih terbatas.

Pada altar, di samping lambang ekaristi juga terdapat 4 simbol dari keempat Injil dengan teraan tulisan: Te Invocamus, Te Laudamus, Te Adoramus, O Beata Trinitas (Ya Allah Tritunggal yang Maha Kudus, kami berseru kepadaMu, kami memuji Dikau, kami bersembah sujud di hadiratMu).

Gereja hasil pemugaran tahun 2002 punya keunikan dalam interior yang dirancang oleh tim dari Pendidikan Industri Kayu Atas (PIKA), Semarang, pimpinan P Joko Tarkito, SJ. Rancangan interior dilandasi konsep spiritual Yesus Kristus, ”Akulah jalan dan kehidupan…” (Yohanes 14:6).

Namun, pihak Dinas Purbakala dan Museum DKI Jakarta tetap meminta agar bentuk altar harus tetap sama dengan gereja sebelumnya, kendati dibuat agak menyerong supaya tidak menganaktirikan sayap sebelah kiri. Kubah gereja lama dengan 8 penjuru angin pun tetap harus diletakkan pada posisi di depan altar, tetapi tingginya menyesuaikan tinggi bangunan baru. Di setiap sisi bangunan gereja menyimpan simbol atau lambang Katolik.

Seabad adalah usia yang lumayan tua buat perjalanan sebuah gereja, termasuk persekutuan umat yang bernaung di dalamnya. Uskup Agung Jakarta, Kardinal Julius Darmaatmadja, SJ, pada perayaan 100 tahun gereja ini menyampaikan rasa syukur atas berlangsungnya kehidupan menggereja di St Yoseph yang sekian lama. Kendati selama mengarungi perjalanan, banyak badai dan gelombang menerpa, termasuk guncangan ledakan bom pada Natal tahun 2000. (Yustina M Widhartantri)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com