Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Liek Wilarjo Ahli Fisika yang Juga Menulis Sosial

Kompas.com - 25/06/2009, 05:40 WIB

”Ia bukan sekadar seorang guru besar, tetapi ia memang guru bagi bangsa ini,” ujar Yuliman, yang sekarang menjadi dosen di Universitas Dian Nuswantoro Semarang dan Direktur TVKU Semarang itu.

Hal itu pula yang mendorong Direktur Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang Prof Dr Ahmad Gunaryo mengundang Pak Liek mengajar Filsafat Ilmu di Program S3 Studi Islam IAIN Walisongo sejak tahun 2005. ”Di mata saya Pak Liek itu dedicated teacher (guru yang berdedikasi),” ujar Gunaryo. Sebagai seorang guru, Pak Liek betul-betul mengabdi pada spesialisasi dan profesinya.

Pak Liek sendiri ketika ditanya soal pencapaiannya merasa tidak ada yang bisa dibanggakan dari bidang-bidang yang ditekuninya itu. ”Biasa-biasa saja. Tidak ada istimewanya. Karena itu saya tidak berniat menulis otobiografi karena tidak ada capaian yang perlu dibanggakan dalam hidup saya,” kata Pak Liek.

Untuk mengetahui pandangan-pandangan Pak Liek tentang masalah kebangsaan, berikut petikan lengkap wawancaranya:

Apa masalah mendasar bangsa ini?
Bangsa ini potensinya besar, tetapi aktualisasinya sangat kurang. Yang saya katakan kurang, nasionalismenya masih kurang. Ini bisa dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Dengan Jepang kita kalah. Dengan Thailand kalah nasionalismenya.

Lalu kesadaran tentang tanggung jawab pada masyarakat (civic duty) itu tipis sekali. Bahkan dibandingkan dengan negara-negara maju yang dicap kapitalis, itu pun kita masih kalah dalam hal kesadaran berbuat sesuatu bagi masyarakat. Misalnya orang-orang yang sudah mapan, purnawirawan, pensiunan, yang hidupnya berkecukupan, kalau di luar negeri, mereka tidak tinggal diam, mereka bekerja sebagai sukarelawan, tanpa bayaran, di rumah sakit, di gereja, di masjid. Di mana sajalah, yang mereka bisa bantu, bantu dengan uangnya dan dengan tenaganya.Di sini tidak pernah ada itu.

Jadi semangat yang saya katakan civic duty itu telah hancur.

Masalah lainnya?
Selain nasionalisme dan civic duty, soal moral, semua orang tahulah, amburadul betul, begitu. Lalu juga iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) kita sangat tertinggal. Sejak dulu tertinggal, sekarang masih tertinggal, dan besok masih akan tertinggal.

Berarti untuk kemajuan bangsa kita, empat hal itu, nasionalisme, civic duty, moral, dan iptek, yang harus ditingkatkan?
Kalau menurut saya iya. Untuk mengaktulisasikan potensi besar yang memang ada, empat hal ini perlu digarap sungguh-sungguh. Keempat hal ini yang harus dilaksanakan pemimpin? Ya kita semua, tetapi dengan inspirasi dari pemimpin yang baik.

Mungkin ada saran kepada pemimpin kita?
Mungkin  meniru Aa Gym (KH Abdullah Achmad Gymnastiar), yaitu 3 M, mulai dari yang kecil, mulai dari diri sendiri, mulai sekarang juga. Jadi kalau empat hal itu digarap, mulai sekarang juga, dan, tidak usah proyek mercusuar yang gede-gede. Mulai dari hal-hal yang kecil saja.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ratusan Bidan Pendidik Tuntut Kejelasan, Lulus Tes PPPK tapi Dibatalkan

Ratusan Bidan Pendidik Tuntut Kejelasan, Lulus Tes PPPK tapi Dibatalkan

Nasional
Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Nasional
Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau 'Ge-er'

Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau "Ge-er"

Nasional
Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Nasional
Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Nasional
JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

Nasional
Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Nasional
Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Nasional
Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Nasional
BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

Nasional
Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Nasional
Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Nasional
Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com