”Ia bukan sekadar seorang guru besar, tetapi ia memang guru bagi bangsa ini,” ujar Yuliman, yang sekarang menjadi dosen di Universitas Dian Nuswantoro Semarang dan Direktur TVKU Semarang itu.
Hal itu pula yang mendorong Direktur Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang Prof Dr Ahmad Gunaryo mengundang Pak Liek mengajar Filsafat Ilmu di Program S3 Studi Islam IAIN Walisongo sejak tahun 2005. ”Di mata saya Pak Liek itu dedicated teacher (guru yang berdedikasi),” ujar Gunaryo. Sebagai seorang guru, Pak Liek betul-betul mengabdi pada spesialisasi dan profesinya.
Pak Liek sendiri ketika ditanya soal pencapaiannya merasa tidak ada yang bisa dibanggakan dari bidang-bidang yang ditekuninya itu. ”Biasa-biasa saja. Tidak ada istimewanya. Karena itu saya tidak berniat menulis otobiografi karena tidak ada capaian yang perlu dibanggakan dalam hidup saya,” kata Pak Liek.
Untuk mengetahui pandangan-pandangan Pak Liek tentang masalah kebangsaan, berikut petikan lengkap wawancaranya:
Apa masalah mendasar bangsa ini?
Bangsa ini potensinya besar, tetapi aktualisasinya sangat kurang. Yang saya katakan kurang, nasionalismenya masih kurang. Ini bisa dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Dengan Jepang kita kalah. Dengan Thailand kalah nasionalismenya.
Lalu kesadaran tentang tanggung jawab pada masyarakat (civic duty) itu tipis sekali. Bahkan dibandingkan dengan negara-negara maju yang dicap kapitalis, itu pun kita masih kalah dalam hal kesadaran berbuat sesuatu bagi masyarakat. Misalnya orang-orang yang sudah mapan, purnawirawan, pensiunan, yang hidupnya berkecukupan, kalau di luar negeri, mereka tidak tinggal diam, mereka bekerja sebagai sukarelawan, tanpa bayaran, di rumah sakit, di gereja, di masjid. Di mana sajalah, yang mereka bisa bantu, bantu dengan uangnya dan dengan tenaganya.Di sini tidak pernah ada itu.
Jadi semangat yang saya katakan civic duty itu telah hancur.
Masalah lainnya?
Selain nasionalisme dan civic duty, soal moral, semua orang tahulah, amburadul betul, begitu. Lalu juga iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) kita sangat tertinggal. Sejak dulu tertinggal, sekarang masih tertinggal, dan besok masih akan tertinggal.
Berarti untuk kemajuan bangsa kita, empat hal itu, nasionalisme, civic duty, moral, dan iptek, yang harus ditingkatkan?
Kalau menurut saya iya. Untuk mengaktulisasikan potensi besar yang memang ada, empat hal ini perlu digarap sungguh-sungguh. Keempat hal ini yang harus dilaksanakan pemimpin? Ya kita semua, tetapi dengan inspirasi dari pemimpin yang baik.
Mungkin ada saran kepada pemimpin kita?
Mungkin meniru Aa Gym (KH Abdullah Achmad Gymnastiar), yaitu 3 M, mulai dari yang kecil, mulai dari diri sendiri, mulai sekarang juga. Jadi kalau empat hal itu digarap, mulai sekarang juga, dan, tidak usah proyek mercusuar yang gede-gede. Mulai dari hal-hal yang kecil saja.