Bagi para aktivis dan pekerja hak asasi manusia, “Bu Sadli adalah pembawa pelita. Kadang berjalan di belakang untuk menerangi. Kadang di depan untuk membuka jalan, kadang di tengah untuk mengingatkan,” begitu ditulis Kamala Chandrakirana, yang menggantikannya sebagai Ketua Komnas Perempuan sampai akhir tahun 2009, pada ulang tahun Bu Sap ke-80.
Anda optimis dengan masa depan perjuangan perempuan?
Banyak yang sudah dilakukan, tetapi masih banyak pula yang harus dilakukan. Kuota 30 persen perempuan di parlemen penting, tetapi kinerjanya jauh lebih penting. Kondisi kesehatan perempuan sangat serius, meski secara statistik angkanya menurun. Itu hanya beberapa saja dari banyak persoalan yang lain yang dihadapi perempuan.
Yang harus selalu terus dicermati adalah politisasi identitas, termasuk penggunaan simbol-simbol agama untuk memecah belah perempuan. Posisi perempuan memang rentan dalam era kapitalisme global, tetapi jargon anti neoliberalisme juga digunakan kelompok konservatif untuk agenda mereka sendiri.
Sayangnya, tak banyak pemimpin punya pemahaman cukup tentang keberagaman, keindonesiaan dan makna Bhinneka Tunggal Ika. Mereka tak punya cukup kapasitas sebagai negawaran, dan hanya bermain dengan citra.
Berikut adalah Biodata Saparinah Sadli:
Nama: Prof Dr Saparinah Sadli
Tempat/tanggal lahir: Tegalsari, Jawa Tengah, 24 Agustus 1927
Keluarga: Prof Dr Ir Mohammad Sadli, MSc (suami, almarhum)
Pendidikan, antara lain:
- Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), (Sarjana Muda 1953);
- Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1961); Doktor Psikologi UI (1976)
Kegiatan penting:
- Ketua Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan, 1998-2004)