Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Api di Jambi Kian Menyebar

Kompas.com - 22/06/2009, 16:37 WIB

JAMBI, KOMPAS.com — Titik-titik api akibat pembakaran hutan dan lahan di Jambi kian menyebar pada awal kemarau tahun ini. Kebakaran sebagian besar terjadi pada lahan masyarakat dan hutan produksi yang tidak dijaga.

Satelit NOAA mencatat lonjakan jumlah titik api. Selama Juni, jumlahnya mencapai 132 titik api (1-21/6), jauh meningkat dibandingkan selama Mei lalu yang mencapai 91 titik.

Senin (22/6) kemarin, Satelit mencatat 24 titik api tersebar di Kabupaten Tebo, Bungo, Merangin, Sarolangun, dan Tanjung Jabung Barat. Sebagian besar merupakan kebakaran yang terjadi di lahan masyarakat atau areal penggunaan lain (APL) sebanyak 16 lokasi, dan sisanya dalam kawasan hutan produksi eks hak pemanfaatan hutan (HPH) yang kini belum ada pengelolanya. Penjagaan terhadap hutan produksi itu kini menjadi tanggung jawab dinas kehutanan.

Komandan Pasukan Manggala Agni yang juga Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Jambi Didy Wurjanto mengatakan, masyarakat pendatang membuka lahan untuk ditanami sawit dan karet tidak hanya di kawasan APL. Hutan produksi yang kini nyaris tanpa penjagaan aparat, ikut dirambah pendatang. Mereka membuka lahan dengan cara membakarnya karena berbiaya lebih murah. "Membakar lahan dianggap paling murah dan cepat, sebelum mereka kemudian bertanam," ujar Didy.

Melihat banyaknya titik api yang tersebar pada Juni ini, Didy memperkirakan sudah lebih dari 300 pelaku perambahan yang beroperasi dengan cara membakar lahan. Dari jumlah tersebut, baru dua pelaku yang telah ditangkap. Kedua pelaku ini ditangkap saat tim Manggala Agni menggelar operasi di kawasan eks HPH IFA Kabupaten Tebo. "Mereka ditangkap saat tengah membakar lahan," katanya.

Penangkapan terhadap para pelaku pembakaran lahan, lanjut Didy, tidak mudah dilakukan. Pasalnya, banyak perambah mengaku membakar didasari lahan faktor sulitnya ekonomi keluarga. Mereka tidak sanggup menyewa alat berat untuk proses pembersihan lahan. Banyak pertimbangan untuk menangkap para pelaku. "Dengan alasan kemanusiaan, kami terkadang tidak jadi menangkap mereka," lanjutnya.

Pihaknya mencermati, pembersihan lahan dengan membakar marak di sejumlah daerah, sebagai pelaksanaan program peremajaan karet rakyat dan revitalisasi perkebunan sawit. Terdapat kecenderungan bahwa masyarakat setempat tidak meremajakan kebun karet tua, tetapi membuka lahan baru untuk ditanami bibit karet yang dibagikan pemerintah. Pembersihan lahan oleh masyarakat dipicu praktik jual beli tanah antara pemuka masyarakat setempat dan pihak ketiga. Praktik serupa juga terjadi di kawasan yang dijadikan areal revitalisasi perkebunan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com