Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lembaga Survei, "Pollster" atau "Campaigner"?

Kompas.com - 20/06/2009, 11:35 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Selain tiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, lembaga survei turut menjadi buah bibir menjelang pelaksanaan Pemilu Presiden 2009.

Kredibilitas lembaga survei mulai diragukan menyusul adanya tim kampanye pasangan calon yang secara khusus memesan untuk melakukan survei terhadap pilihan masyarakat.

Belakangan, sebuah lembaga baru yang didirikan pimpinan lembaga survei mengeluarkan iklan yang menggiring opini pemilu satu putaran. Sebuah wacana yang dikembangkan oleh kelompok salah satu pasangan calon.

Ahli filsafat politik UI, Rocky Gerung, berpendapat, tidak jelasnya posisi lembaga survei bisa menimbulkan permasalahan.

"Ada iklan LSD, tentang pemilu satu putaran. Pertanyaannya, apakah LSD punya kepentingan dengan memuat iklan itu? Ini kan tidak jelas, lembaga survei pollster atau campaigner? Ini yang menjadi masalah," kata Rocky, Sabtu (20/6), pada diskusi mingguan di Jakarta.

Menurut Rocky, wacana yang berkembang saat ini, lembaga survei seolah-olah turut menjadi alat kampanye. Dalam ilmu pengetahuan, survei bisa disebut etis karena adanya ethicalism.

"Tapi kalau survei untuk memproduksi barang atau jadi marketing, maka etik itu sudah dilanggar dan ini namanya manipulasi. Lebih bahaya lagi ketika manipulasi itu dilakukan oleh politik yang dinamakan intimidasi," jelasnya.

Survei, ditambahkan Rocky, sudah menjadi peralatan modern dalam, demokrasi untuk memetakan pendapat publik. "Dan bukan untuk memengaruhi opini publik. Kalau tujuannya memengaruhi publik, maka sama saja dengan alat kampanye," tegas Rocky.

Peneliti Senior Lembaga Survei Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, menambahkan, survei bertujuan untuk mendekatkan aspirasi publik dengan pengambil kebijakan.

"Sehingga, pengambil kebijakan bisa membuat kebijakan yang sesuai dengan keinginan masyarakat," kata Burhanuddin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Operasi Penyelundupan Sabu Malaysia-Aceh, Tersangka Terima Upah Rp 10 Juta per Kilogram

Operasi Penyelundupan Sabu Malaysia-Aceh, Tersangka Terima Upah Rp 10 Juta per Kilogram

Nasional
Ramai Unjuk Rasa jelang Putusan MK, Menko Polhukam: Hak Demokrasi

Ramai Unjuk Rasa jelang Putusan MK, Menko Polhukam: Hak Demokrasi

Nasional
Dampingi Jokowi Temui Tony Blair, Menpan-RB: Transformasi Digital RI Diapresiasi Global

Dampingi Jokowi Temui Tony Blair, Menpan-RB: Transformasi Digital RI Diapresiasi Global

Nasional
Sekjen Gerindra Ungkap Syarat Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Sekjen Gerindra Ungkap Syarat Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Pelaku Penyelundupan Sabu Malaysia-Aceh Sudah Beraksi Lebih dari Satu Kali

Pelaku Penyelundupan Sabu Malaysia-Aceh Sudah Beraksi Lebih dari Satu Kali

Nasional
Menkominfo Ungkap Perputaran Uang Judi 'Online' di Indonesia Capai Rp 327 Triliun

Menkominfo Ungkap Perputaran Uang Judi "Online" di Indonesia Capai Rp 327 Triliun

Nasional
Bareskrim Usut Dugaan Kekerasan oleh Pengemudi Fortuner yang Mengaku Adik Jenderal

Bareskrim Usut Dugaan Kekerasan oleh Pengemudi Fortuner yang Mengaku Adik Jenderal

Nasional
Pengacara Korban Kaji Opsi Laporkan Ketua KPU ke Polisi Imbas Diduga Goda Anggota PPLN

Pengacara Korban Kaji Opsi Laporkan Ketua KPU ke Polisi Imbas Diduga Goda Anggota PPLN

Nasional
Sindir Kubu Prabowo, Pakar: Amicus Curiae Bukan Kuat-Kuatan Massa

Sindir Kubu Prabowo, Pakar: Amicus Curiae Bukan Kuat-Kuatan Massa

Nasional
OJK Sudah Perintahkan Bank Blokir 5.000 Rekening Terkait Judi 'Online'

OJK Sudah Perintahkan Bank Blokir 5.000 Rekening Terkait Judi "Online"

Nasional
Bareskrim Ungkap Peran 7 Tersangka Penyelundupan Narkoba di Kabin Pesawat

Bareskrim Ungkap Peran 7 Tersangka Penyelundupan Narkoba di Kabin Pesawat

Nasional
Pengacara Minta DKPP Pecat Ketua KPU Imbas Diduga Goda Anggota PPLN

Pengacara Minta DKPP Pecat Ketua KPU Imbas Diduga Goda Anggota PPLN

Nasional
Canda Hasto Merespons Rencana Pertemuan Jokowi-Megawati: Tunggu Kereta Cepat lewat Teuku Umar

Canda Hasto Merespons Rencana Pertemuan Jokowi-Megawati: Tunggu Kereta Cepat lewat Teuku Umar

Nasional
Pemerintah Bakal Bentuk Satgas Pemberantasan Judi 'Online' Pekan Depan

Pemerintah Bakal Bentuk Satgas Pemberantasan Judi "Online" Pekan Depan

Nasional
Ketua KPU Diadukan Lagi ke DKPP, Diduga Goda Anggota PPLN

Ketua KPU Diadukan Lagi ke DKPP, Diduga Goda Anggota PPLN

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com