JAKARTA, KOMPAS.com- Meski pada dasarnya bersifat 'kosong', pencitraan sangat diperlukan dalam ajang 'jual diri' menjelang Pemilihan Presiden 2009. Cenderung tak ada isinya karena hanya sekedar bertujuan membakar emosi.
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI) Effendi Gazhali mengatakan, pasangan calon harus memperhatikan dua hal penting dalam era pencitraan, yaitu pemeriksaan dana kampanye dan attacking campaign.
"Itu harus betul-betul ketat dilakukan dan ini syarat dari era pencitraan," tutur Effendi dalam rilis survei Soegeng Sarjadi Syndicate di Hotel Four Season, Sabtu (13/6).
Oleh karena itu, menurut Effendi, pada masa sekarang kampanye pasangan calon harus dikondisikan untuk 'menyerang'. Tidak bisa tidak, ungkapnya.
"Memang, pencitraan itu 80 persen, isinya memang kosong. 20 persen saja paling yang bisa diambil," lanjut Effendi.
Effendi mencontohkan iklan capres 'SBY, Presidenku' dengan tagline 'Partai boleh beda, SBY presidennya' "Apa isinya? Tidak ada isinya itu, tapi emosi kita saja yang dibakar. Yang jauh berpengaruh di situ adalah hegemoni. Iklan politik memang kosong dan butuh attacking," tandas Effendi.
Pencitraan memang hanya menjangkau wilayah psikologis calon pemilih sebagai upaya untuk mempersepsikan siapa kita. Effendi menggambarkannya tak lebih daripada sebuah bayang-bayang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.