Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Naskah Kuno Perlu Diselamatkan!

Kompas.com - 29/05/2009, 03:20 WIB

Untuk mengantisipasi hilangnya naskah kuno itu, kata dia, pihaknya bekerja sama dengan sejumlah instansi terkait, termasuk perpustakaan di provinsi, melakukan pengawasan naskah-naskah yang memiliki nilai sejarah dan budaya itu.

"Kalau kami tidak bisa menyimpannya, kami hanya meminta duplikatnya melalui foto digital. Tapi, kami juga harus waspada agar tidak menyalahi hak cipta orang lain," kata Lilik.

Lilik mengatakan, hingga kini Perpustakaan Nasional memiliki koleksi naskah kuno sebanyak 10 ribu naskah, yang berisi tentang kebudayaan, peta-peta kuno, ramalan dan lainnya dengan tulisan menggunakan Jawa kuno, Arab kuno, Melayu, Belanda dan lainnya.

Penyelamatan Naskah
Di samping itu, naskah-naskah kuno yang tersimpan di Perpustakaan Nasional (Perpusnas) harus segera diselamatkan melalui proses terjemahan (transkrip) dan transliterasi oleh para peneliti, yang kemudian diterbitkan dalam sebuah buku.

Agar anak-anak zaman sekarang mau membaca naskah kuno itu diperlukan terjemahan oleh peneliti dan pengkaji, karena naskah yang tersimpan di Perpusnas itu bertuliskan huruf Melayu, Arab kuno, Jawa kuno yang tidak dimengerti kaum muda saat ini, kata Rachmat.

Terjemahan naskah kuno melalui penerbitan buku sangat bermanfaat agar naskah aslinya yang terbuat dari daun lontar, kulit kayu atau kertas yang sudah berumur ratusan tahun itu tidak rusak.

"Jadi, mereka bisa mempelajarinya melalui buku yang telah diterbitkan. Isi kandungannya perlu dilestarikan kepada masyarakat," ujarnya seraya mengatakan Perpusnas bisa melakukan kerjasama dengan peneliti dan penerbit.

Untuk menggairahkan program penyelamatan naskah-naskah kuno itu Perpusnas sudah selayaknya memberikan penghargaan kepada para peneliti dan pengkaji naskah yang telah merampungkan penelitiannya, salah satunya  bisa berupa pemberian honor yang pantas sesuai dengan jerih payah dan prestasi peneliti atau penelaah naskah.

Selain itu, Rachmat yang juga menjabat Sekretaris Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Jabar mengatakan, isi materi yang terkandung dalam naskah merupakan karya sastra, maka untuk mempopulerkannya di tengah masyarakat harus direncanakan penerbitan karya adaptasinya.

Karya adaptasi adalah pengalihan bentuk dan pengolahan kembali sebuah karya sastra agar lebih sesuai dengan kalangan pembaca tertentu dalam memperhatikan unsur lingkungan pada budaya tersebut. "Kadang-kadang karya adaptasi lebih hidup dibandingkan karya aslinya," tuturnya.

Ia mencontohkan, Prof Dr Ajatrohaedi pernah mengadaptasi naskah berbahasa `Sunda Wawacan Ogoin Amarsakti` dalam bentuk cerita anak-anak dengan judul `Ogin si Anak Sakti`.

"Alangkah baiknya bila naskah-naskah kuno yang ada diadaptasi dalam bentuk roman atau cerita anak-anak, sehingga menjadi menarik," demikian Rachmat Taufiq Hidayat. (ANT)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com