JAKARTA, KOMPAS.com — Pemimpin Pondok Tebuireng Jombang, KH Solahuddin Wahid atau Gus Solah, mengatakan, pasangan Capres Jusuf Kalla-Cawapres Wiranto lebih mudah diterima kalangan Nahdlatul Ulama (NU) karena hubungan yang telah terjalin selama ini.
"Kiai NU itu kalau mau ketemu Pak JK cukup SMS, berangkat ke Jakarta, setelah itu pasti ketemu. Prosedurnya tak rumit," kata Gus Solah ketika dihubungi di Jakarta, Jumat (22/5).
Menurut Gus Solah, latar belakang orangtua JK yang merupakan tokoh NU Sulawesi Selatan juga menjadi faktor yang sangat penting bagi nahdiyin. Selama ini, JK juga dikenal sangat ringan tangan membantu para kiai NU.
Gus Solah juga menjelaskan, pasangan JK-Win memiliki peluang besar untuk meraih suara dari masyarakat Jawa. Selain karena aspek Jawa dan non-Jawa dalam pasangan JK (Sulawesi)-Win (Jawa), peluang itu juga besar karena adanya dukungan terbuka dari Sri Sultan HB X. "Di Yogyakarta dan sekitarnya, pengaruh Sri Sultan HB X memang kuat," kata Gus Solah.
Menurut Gus Solah selain DI Yogyakarta, kawasan di sekitarnya juga masih di bawah pengaruh kuat Sultan HB X. Wilayah tersebut adalah kawasan Jateng di bagian utara, Klaten dan barat DI Yogyakarta, seperti Kabupaten/Kota Magelang, Kabupaten, Kabupaten Kebumen, dan lainnya.
Adapun wilayah di Karesidenan Solo, yang meliputi Kota Solo, Sukohardjo, Karanganyar, Sragen, dan Wonogiri, pengaruh Sultan HB X berhimpitan dengan Kasunanan Solo.
Pengaruh budaya Jawa dari Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Solo juga terasa di kawasan Jatim bagian selatan dan barat, yang meliputi Ngawi, Pacitan, Magetan, dan Madiun.
Melihat potret politik seperti itu, Gus Solah optimistis, pilpres 2009 kecil kemungkinan berlangsung sekali putaran.
Kombinasi duet Jawa-luar Jawa dan sipil-militer yang direpresentasikan JK-Win tak bisa dinafikan oleh duet Jawa-Jawa dan militer-sipil yang direpresentasikan SBY-Boediono dan duet sipil-militer pengusaha oleh Mega-Prabowo.
"Saya sempat mendapat bocoran data dari sebuah lembaga survei di Jakarta bahwa setelah duet capres-cawapres itu muncul, ternyata tingkat elektabilitas Pak JK makin naik," katanya.
Menurut Gus Solah, pada survei 3 Mei sampai 7 Mei, duet SBY-Boediono memperoleh 32,5 persen, JK-Wiranto 27,5 persen, dan Mega-Prabowo 20 persen. "Sisanya belum menentukan pilihan. Pertarungan pilpres kali ini paling keras di Jawa, terutama di Jatim, Jateng, DI Yogyakarta, dan Jabar," kata Gus Solah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.