JAKARTA, KOMPAS.com — Sesaat setelah nama Boediono terungkap ke publik sebagai pasangan calon wakil presiden yang akan mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono sejumlah partai mitra koalisi Partai Demokrat bersuara keras. Salah satu partai yang paling vokal menyatakan keberatannya adalah Partai Keadilan Sejahtera.
Wacana yang dimunculkan ke publik oleh sejumlah fungsionaris partai adalah kemungkinan partai berbasis islam ini meninggalkan koalisinya dengan Demokrat. Namun, toh kegeraman PKS sirna saat bertemu SBY sebelum acara deklarasi pasangan SBY Berbudi di Bandung, Jumat (15/5) malam. PKS kembali merapat ke Demokrat.
Pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia, Burhanudin Muhtadi, melihat hal tersebut sebagai inkosistensi PKS. "Hanya gertak sambal, selama ini PKS yang paling kencang menolak keputusan tersebut," ujarnya dalam diskusi yang bertajuk Koalisi Capres-Cawapres, Jakarta, Sabtu (16/5). Menurutnya, PKS harus bisa menjelaskan kepada publik, mengapa dalam 1 x 24 jam bisa berubah.
Muhtadi berpendapat, PKS hanya mementingkan pembagian kekuasaan. Saat kesepakatan jatah kekuasaan didapat, PKS akan melupakan kekecewaan yang ada.
Hal yang senada juga disampaikan oleh Anton Lesiangi, Ketua DPP Partai Golkar. Di matanya, PKS menjual diri pada Partai Demokrat. "Elite politik adalah pemain politik, dan tidak berdasar pada kepentingan rakyat. Rakyat hanya dijadikan tameng," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.