Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyusur Bunker di MSJ

Kompas.com - 16/05/2009, 11:02 WIB

KOMPAS.com — Beragam bau tak sedap langsung menyebar ke atas begitu pagar bunker (ruang bawah tanah) di depan Museum Sejarah Jakarta (MSJ) dikeringkan dari air yang merendamnya selama puluhan tahun. Jumat (15/5) siang, upaya pihak MSJ menyedot air di dalam bunker selesai. Namun, pekerjaan tak berhenti sampai di situ karena masih tersisa lumut tebal yang warnanya sudah tak lagi hijau.            

Di air yang menggenang dalam bunker itu, anak-anak biasa berenang. Tak cuma berenang tentunya, segala air yang berasal dari tubuh mereka juga mereka buang ke "kolam" itu. Kotoran yang mengendap di dasar bunker bercampur lumut  kemudian dikerok. Lumut tebal di lantai bunker akan membuat siapa pun yang masuk ke dalam mudah terpeleset.

Hingga menjelang sore, bunker sudah aman untuk dirayapi. Yang pasti, bunker akan terus dijaga agar tak lagi digenangi air tanah yang selalu merembes dari lantai dan dari dinding di samping kanan/kiri, khususnya untuk merayakan Hari Museum awal pekan depan. Bunker ini hanya berupa lorong yang tak terlalu panjang. Data dari MSJ menyebutkan, lorong itu sepanjang sekitar 31 meter dengan lebar tiga meter dan ketinggian 1,7 meter. Konstruksi ruang bawah tanah itu tak lain adalah beton. Di kedua ujung lorong dipasang pagar.

Dari pengalaman pertama Warta Kota masuk ke dalam bunker—yang terakhir dibuka 10 tahun lalu itu—terdapat berderet seperti sisa fondasi bangku di kiri kanan lorong. Menurut arkeolog sekaligus Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kota Tua Candrian Attahiyyat, sederet bekas fondasi itu mungkin sekali adalah bekas bangku.

Beberapa bukti foto yang diterbitkan d'Orient dan De Java Bode memang menunjukkan bahwa di dalam bunker biasanya terdapat bangku yang menyatu di dinding. Bangku itu biasanya memanjang mengikuti tembok ruang bawah tanah.

Jurnal Penelitian Sejarah dan Arkeologi tertanggal 8 Agustus 2000 yang dimiliki MSJ menyebutkan, keberadaan ruang bawah tanah ini sempat membuat heboh ketika tahun 1973 museum ini dipugar. Kabar yang menyebar adalah, ada penjara bawah air, di MSJ, dari zaman VOC. Tahun 1990, bunker ditutup dengan alasan demi keamanan. Tindakan itu menuai protes. Tahun 2000, lubang itu dibuka kembali dalam rangka penelitian.

Penelitian itu menyimpulkan, bangunan itu adalah sisa bunker untuk tempat perlindungan yang dibuat antara tahun 1940 dan 1942 oleh Pemerintah Hindia Belanda dalam menghadapi Perang Dunia II. Dalam ruang perlindungan tertutup yang terbuat dari beton seperti yang ada di MSJ ini, sedikitnya harus memiliki ketebalan 15 cm agar tidak tembus pecahan bom/granat. Jika tidak dari beton, maka di antara dinding perlu diselimuti dengan kantong-kantong berisi pasir setebal 50 cm. Bisa pula ditambah lapisan kerikil atau tanah setebal 25 cm atau 75 cm. Dalam laporan penelitian di MSJ itu disebutkan pula, di kiri dan kanan dinding dipasang tempat duduk.

Bunker itu dibikin atas perintah Pemerintah Hindia Belanda, khususnya pada gedung-gedung pemerintah untuk perlindungan terhadap serangan udara.  Namun, kemudian rumah tinggal pun dilengkapi dengan ruang perlindungan bawah tanah.

Catatan hasil penelitian itu juga menyebutkan, perintah pembuatan bunker selain di MSJ, antara lain, juga di depan Museum Seni Rupa dan Keramik, di depan Departemen Keuangan, di Kramat Raya, dan sepanjang Jalan Kebonsirih.

Buat mereka yang penasaran pada keberadaan "penjara bawah air" yang disebut-sebut dari zaman VOC, silakan meluangkan waktu pada Senin (18/5) mulai pukul 15.00. Pada jam itu, kegiatan terkait Hari Museum Internasional (International Museum Day) dimulai. Termasuk pembukaan bunker di depan MSJ untuk umum.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com