Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

FPNBS Lombok Dukung Pencekalan Lagu Sasak

Kompas.com - 24/04/2009, 02:05 WIB

MATARAM, KOMPAS.COM--Forum Peduli Nilai Seni dan Budaya Sasak (FPNBS) Lombok, mendukung sepenuhnya langkah Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Nusa Tenggara Barat yang akan mencekal penyiaran sejumlah lagu daerah Sasak (nama salah satu suku di Pulau Lombok) yang liriknya dinilai bermasalah.

"Pencekalan itu langkah yang tepat, karena tidak sedikit lagu Sasak yang isinya sarat muatan seks dan pembodohan kepada khalayak terutama kalangan anak-anak," kata Yudi Yogaswara, Sekretaris FPNBS Lombok di Mataram, Kamis.

Menurut Yudi, pihaknya mengantongi tidak kurang dari 120 judul lagu Sasak bermuatan seks dan kata-kata kasar dalam berbagai versi mulai "Cilokaq", "Kamput", "Dangdut Sasak" hingga "Ale-ale".

"Kami siap membeberkan lagu-lagu bermasalah tersebut kepada KPID NTB," tegasnya.

Ia mengatakan, banyak produser lagu Sasak mengabaikan prinsip kearifan budaya lokal  dan nilai-nilai susila yang berkembang di masyarakat.

"Ini juga tidak terlepas dari selera pasar yang masih menyukai lagu-lagu yang liriknya konyol, lucu dan bermuatan seks," tuturnya seraya menambahkan bahwa sejumlah album VCD Sasak seperti "Bisoq Botol " dan "Gile Gante" yang penjualannya bisa menembus angka 50 ribu kopi.

Angka penjualan tersebut cukup fantastis untuk ukuran lagu daerah. "Namun sayang, liriknya sama sekali tidak mendidik," ujarnya.

Sementara itu, Wakil Ketua KPID NTB, Sukri Aruman mengemukakan, KPID NTB dalam waktu dekat akan mengumumkan daftar lagu Sasak bermasalah dan meminta lembaga penyiaran radio dan TV di daerah ini untuk tidak lagi menyiarkannya.

Menurut rencana, Sabtu (25/4) KPID NTB akan menggelar diskusi khusus pengkajian lagu Sasak bermasalah dengan menghadirkan beberapa pembahas diantaranya Prof H Saiful Muslim dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) NTB, L Agus Fathurahman (Budayawan Sasak), HL Syafei dari Dinas Pendidikan Kota Mataram, Perwakilan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) NTB serta aktivis perempuan dan anak.

"Kami ingin mendapatkan kajian komprehensif terkait lirik lagu bermasalah tersebut sehingga keputusan yang kami ambil tidak keliru," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com