Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Museum Asia Afrika Direvitalisasi

Kompas.com - 20/04/2009, 11:17 WIB

 

 

Bandung, Kompas - Departemen Luar Negeri, mulai tahun 2009 ini, merevitalisasi Museum Konferensi Asia Afrika (KAA). Selain penambahan sarana dan prasarana, esensi revitalisasi ini adalah meningkatkan kualitas pelayanan kunjungan. Ke depan, seluruh bagian Gedung Merdeka, tidak hanya museum, akan dibuka untuk umum, termasuk ruang konferensi. Kepala Museum KAA Isman Pasha di sela-sela Pembukaan Peringatan KAA ke-54, Sabtu (18/4) di Gedung Merdeka, mengatakan, Museum KAA diproyeksikan sebagai pusat pembelajaran sejarah diplomasi dan pendidikan luar negeri Indonesia. Atas pertimbangan ini, perlu ada perubahan konsep pelayanan dan penataan museum ini.

"Kalau dulu, orang berkunjung ke museum hanya ingin lihat lalu pulang. Ke depan, di museum ini, kami menginginkan pengunjung punya pengalaman berharga. Seperti halnya orang mengunjungi Gedung Putih di Washington DC, Amerika Serikat," ungkap Isman. Ke depan, perubahan itu menyangkut seluruh kompleks Gedung Merdeka.

"Selama ini, bicara Museum KAA kan taunya hanya sepojok ruang yang disebut ruang pamer tetap. Padahal, yang menyangkut Museum KAA ini adalah seluruh fungsi Gedung Merdeka," tuturnya. Di Museum KAA ini akan disediakan tempat khusus bagi pengunjung agar bisa melakukan simulasi debat dan diplomasi. Setelah direnovasi, pintu masuk utama diubah, yaitu berada di Jalan Cikapundung Timur.

Secara bertahap, di dalam proyek revitalisasi yang diprediksi berlangsung hingga 2012-2013 ini, Museum KAA akan melakukan penambahan koleksi artefak, dokumen, ruang displai, perpustakaan, dan fasilitas publik berupa ruang pertemuan dan kafetaria. Tidak ketinggalan, ruang bawah tanah, yang selama ini mengundang penasaran publik karena tidak boleh diakses, akan direnovasi dan difungsikan kembali. Dana revitalisasi ini, menurut beberapa sumber, diperkirakan mencapai Rp 2 miliar.

Senada dengan upaya lebih membuka diri, peringatan KAA yang dilakukan tahun ini pun dibuat lebih egaliter. "Citra Gedung Merdeka yang elite kini harus diubah. Jika pada tahun-tahun sebelumnya yang hadir adalah pejabat-pejabat negara, pada tahun ini kami berkolaborasi dengan banyak komunitas di Bandung. Kepedulian masyarakat akan museum sangat menentukan," ujarnya. Perubahan citra ini dilandasi keprihatinan akan minimnya masyarakat Kota Bandung yang berkunjung ke sini, yaitu rata-rata hanya 5 persen dari total pengunjung per tahun.

Persoalan pengelolaan

Dalam kesempatan ini, Wakil Gubernur Jabar Dede Yusuf berpendapat, agar ramai dikunjungi, pengelola museum harus mengemas pelayanannya lebih menarik. "Perbanyak aktivitas di sini, misalnya konferensi kecil-kecilan. Biarkan masyarakat luas ikut merasakan suasana sakral saat berdiplomasi," ungkapnya.

Namun, revitalisasi museum ini terhambat soal tarik ulur kewenangan pengelolaan. Sekretaris Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Elias Ginting mengungkapkan, saat ini tidak ada kejelasan status pengelolaan dan pihak yang bertanggung jawab atas Gedung Merdeka dan Museum KAA. Bahkan, keberadaan dokumen-dokumen legalitas hukum kepemilikan gedung ini hingga kini tidak. (JON) Foto : 1 KOMPAS/Arum Tresnaningtyas Dayuputri

Pengunjung menyaksikan pameran foto "Menapaki Bandung sebagai Ibu Kota Asia Afrika" dalam rangka peringatan Konferensi Asia Afrika ke-54 di Gedung Merdeka, Bandung, Minggu (19/4).

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com