Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ceng Beng di Makam Souw Beng Kong

Kompas.com - 16/04/2009, 12:21 WIB

KOMPAS.com — Ceng beng, atau qing ming dalam bahasa Mandarin, adalah budaya yang tak asing bagi etnis Jawa pada khususnya. Ceng beng tak lain adalah upacara nyekar. Ritual Ceng beng yang juga disebut sebagai sembahyang dan ziarah kubur leluhur juga diadakan sekali setahun. Setiap tahun, rata-rata ceng beng jatuh pada tanggal 5 April.

Kegiatan sembahyang dan ziarah ke makam leluhur tak lantas terpaku pada tanggal tersebut. Menurut beberapa warga Tionghoa, mereka bisa melaksanakan ceng beng sekitar dua pekan sebelum dan sesudah hari yang ditetapkan (yang biasanya sekitar awal April). Dari sisi perhitungan musim, awal April menandai musim semi di daratan China di mana bunga mulai bermekaran, suhu udara mulai hangat sehingga warga bisa keluar rumah tanpa takut kedinginan.

Minggu (12/4), ceng beng digelar di makam Kapitan China Souw Beng Kong. Selain ceng beng, sembahyang dilakukan dalam rangka 429 tahun Souw Beng Kong yang lahir pada tahun 1580. Beng Kong lahir di Distrik Tong An, Provinsi Hok Kian, China, pada masa Dinasti Ming.

Dari beberapa kisah sejarah tentang Souw Beng Kong, diceritakan bahwa perjalanan Beng Kong hingga tiba di Hinda Belanda dipicu oleh kisah-kisah perjalanan Laksamana Cheng Ho ke beberapa negara di Asia Afrika pada 1371- 1433. Beng Kong muda memutuskan untuk merantau dengan menumpang perahu Jung hingga tiba di kota niaga Banten pada 1604.    

Singkat cerita, Souw Beng Kong yang ulet segera menjadi tokoh Tionghoa terkemuka di Banten. Kemasyuran Beng Kong pun terdengar oleh Jan Pieterszoon Coen yang menaklukkan Jayakarta pada tahun 1619. JP Coen memerlukan warga Tionghoa yang sudah lama bermukim di Banten untuk membantu membangun kota Batavia.

Jasa besar Beng Kong yang membawa begitu banyak imigran Tionghoa untuk membangun dan menggulirkan roda perekonomian kota Batavia membuat Pemerintah VOC mengangkat Beng Kong menjadi pemimpin masyarakat berpangkat kapitan. Kapitan Tionghoa pertama itu terus berjaya sampai lima kali pergantian gubernur jenderal VOC. Ia meletakkan jabatan pada tahun 1636 dan mengangkat Phoa Beng Gan sebagai penggantinya.

Beng Kong wafat pada 1644 di kediaman mewah di Tijgergracht, kini Jalan Pos Kota, dan dimakamkan di kebun miliknya, kini di kawasan padat penduduk, Gang Taruna Jalan Pangeran Jayakarta, Mangga Dua.

Pada upacara ceng beng akhir pekan lalu hadir antara lain Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Teddy Jusuf, anggota komisi B DPRD DKI Ernawati Sugondo, pengamat bangunan China kuno Hendra Lukito, dan Ketua Yayasan Souw Beng Kong Hendarmin Susilo. Teddy Jusuf menegaskan, Souw Beng Kong adalah bukti bahwa warga Tionghoa khususnya dari marga Souw pernah berjasa pada kota ini. Dengan demikian, warga Tionghoa patut menghormati dia dan harus ikut memelihara makam ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com