Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kado Hari Kartini untuk Komisaris Theresia

Kompas.com - 06/04/2009, 22:25 WIB

KOMPAS.com — TANGGAL 25 April nanti, Kepala Polsek Metro Johar Baru Komisaris Theresia Mastail akan menerima penghargaan Citra Wanita Indonesia dari Yayasan Penghargaan Indonesia bersama 20 perempuan lainnya.  Ke-21 perempuan itu terpilih sebagai  perempuan penggerak pembangunan yang berprestasi sesuai bidang yang digelutinya.

Masih pada bulan yang sama, ia dan 99 perempuan lainnya juga akan menerima penghargaan sebagai Perempuan Inspirator dari sebuah majalah perempuan nasional.

Tahun 2002, ibu tiga putri ini mendapat penghargaan setelah bersama sejumlah rekan prianya yang tergabung dalam Tim Anti Teror Bom (cikal bakal Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polda Metro Jaya) membongkar kasus pembunuhan seorang hakim agung yang melibatkan Tommy Soeharto. Theresia lalu diminta menangani serangkaian kasus ledakan serangkaian bom di Malam Natal, dan dua kali ledakan bom di Atrium Pasar Senen, Jakarta Pusat. Seluruh kasus, tuntas. Para pelakunya ditangkap.

Tahun 2005, perempuan kelahiran Ambon 15 Oktober 1961 ini mendapat kenaikan pangkat luar biasa setelah membongkar kasus pabrik ekstasi terbesar di Cikande. Pangkatnya dinaikkan dari ajun komisaris, menjadi komisaris.

Demosi

Menjelang "Bulan Kartini", Theresia mendapat surat telegram dari Kapolda Metro bernomor STR/628/III/2009. Isi telegram, jabatannya sebagai Kepala Polsek harus ia tinggalkan. Theresia harus kembali ke Polda Metro dan menjadi penyidik.

"Saya menerima surat telegram tersebut dari seorang tokoh masyarakat di sana dan sampai sekarang, saya belum pernah dipanggil Kepala Polres Metro Jakarta Pusat (Jakpus)," tutur Theresia.

Sekretaris Komisi Kepolisian Nasional Pandu Praja menganggap, Theresia bukan cuma dimutasi, tetapi didemosi. Umumnya, orang didemosi karena dianggap bersalah atau melanggar. "Oleh sebab itu, sebelum didemosi, seharusnya orang yang bersangkutan dipanggil dalam sidang disiplin lebih dahulu. Di tempat itu, yang bersangkutan bisa membela diri," jelas Pandu.

Guru Besar Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, Prof Dr Adrianus Meliala, yang dihubungi terpisah, Senin (6/4), mengatakan, tidak ada yang salah dengan Theresia. "Ini cuma cermin ketidaksesuaian antara profesionalisme polisi dengan budaya Polri. Melakukan tugas tanpa pandang bulu seperti dilakukan Theresia itu, kurang sesuai dengan budaya Polri," jelasnya.

"Dia terlalu bersemangat bekerja. Dia terlalu berani dan dianggap kurang menghargai tradisi hubungan antar rekan kerja, atasan-bawahan, senior-junior. Oleh karena itu, bisa jadi dia menjadi sasaran, 'untuk dilenyapkan'," ucap Adrianus.

Meski demikian, ia menyampaikan kemungkinan lain mengapa Theresia didemosi. "Mungkin dia sedang disiapkan mendapat kesempatan istimewa. Apakah itu menyangkut jabatan baru, atau menyangkut kesempatan sekolah. Oleh karena itu, sementara ini dia harus 'diparkir' dulu," papar Adrianus.

Menurut dia, kalau demosi terhadap Theresia dilatarbelakangi kebencian atasannya, maka Theresia tidak akan ditarik ke Polda Metro, melainkan dipindahkan ke tempat lain yang masih berada di lingkungan Polres Metro Jakpus. "Yang memiliki mekanisme pembagian personel kan cuma Polda Metro," ujar Adrianus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com