JAKARTA, KOMPAS.com — Masa kampanye telah berjalan hampir dua minggu. Coba cermati janji kampanye yang kerap Anda dengar. Sama bunyinya? Terkesan mengulang alias sama seperti janji yang pernah diungkapkan sejak lima tahun lalu?
Koordinator Konsorsium Kemiskinan Kota, Wardah Hafidz, mengatakan, semua janji yang diucapkan partai maupun caleg pada tahun ini tak ada bedanya dengan janji pada Pemilu 2004. Janji yang dilontarkan hanya isu-isu umum yang tidak menyentuh hal-hal mendasar. Ia pun melihat janji-janji yang diumbar saat ini tak lebih sebagai putaran kaset rusak yang terdengar sumbang.
"Coba dengar janji-janji itu. Kayak kaset rusak. Menjanjikan hal yang itu-itu saja, tapi tetap tidak direalisasi dan tidak ada perubahan," kata Wardah, pada diskusi Kampanye dan Janji Palsu, di Jakarta, Sabtu (28/3).
Janji-janji klasik itu di antaranya pendidikan murah, pelayanan kesehatan yang baik, dan murahnya harga-harga kebutuhan pokok. "Tapi tidak ada persoalan mendasar yang dijanjikan. Misalnya, enggak ada yang berani menyentuh persoalan seperti tanah, bagaimana tata tanah di desa dan kota. Satu pun tidak ada yang berani menyentuh itu karena mereka tahu itu susah. Artinya, mereka tidak mau berusaha memperjuangkan persoalan mendasar rakyat," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Sosiolog UI, Tamrin Amal Tamagola, melihat, janji-janji yang disampaikan peserta pemilu terlalu muluk. Para caleg, menurutnya tak melihat pada lingkup apa mereka berkompetisi.
"Calon lokal, seperti caleg DPRD, isunya juga harus lokal. Ini, ada yang menjanjikan hal-hal yang levelnya persoalan nasional. Kalau capres, itu lingkup nasional. Janji itu, orang akan melihat, mungkin dilakukan atau tidak. Yang masuk akal saja," kata Tamrin.
Masih nyaman mendengar "kaset rusak"?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.