Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa FIB-UH Buat Buku Suku Lauje

Kompas.com - 05/03/2009, 20:54 WIB

MAKASSAR, KAMIS--Mahasiswa-Pencinta Alam (UKM-PA) Fakultas Ilmu Budaya-Universitas Hasanuddin (FIB-UH), akan membuat buku kearifan budaya lokal, Suku Louje, Kecamatan Tomini, Kabupaten Parigi Mautong, Sulawesi Tengah (Sulteng).

"Kami telah melakukan ekspedisi budaya Suku Lauje sejak 30 Desember 2008 hingga 9 Januari 2009, hasilnya kami akan tuangkan dalam sebuah buku," ujar Pimpinan Operasi (PO) Ekspedisi Budaya UKM-PA Edelweis FIB-UH, Erniwati, di Makassar, Rabu.

Ekspedisi Budaya oleh lima anggota Edelweis antara lain, Erniwati, Mariati Atkah, Darmawansyah Gunawan, Patria Muhammad dan Fahriadi di lakukan dengan kajian pustaka, wawancara dan pengamatan.

Pada presentase hasil disebutkan bahwa suku Lauje mendiami pesisir Teluk Tomini hingga kaki Gunung Sojol dengan jumlah penduduk 3.971 jiwa atau 737 KK, sebanyak 3.176 jiwa beragama Islam dan sisanya beragama Kristen.

Kearifan budaya Suku Lauje terlihat dalam memperlakukan hutan adat yang disakralkan orang asing seperti, melakukan ritual dengan memberikan nama kepada pohon yang akan ditebang.

Demikian juga dengan pohon di luar hutan adat harus diupacarakan sebelum ditebang, masyarakat Lauje meyakininya akan terhindar dari marabahaya dan gangguan hama pemakan tanaman.

Masyarakat Suku Lauje Atas (to bela) yang bermukim di lereng Gunung Sojol, akan meninggalkan rumahnya jika ada anggota keluarga yang meninggal, hal tersebut mereka lakukan untuk menolak bala yang akan terjadi seperti tertular penyakit.

Sistem pemerintahan di Suku Lauje telah ada sejak saman penjajahan Belanda, terdiri atas, Kepala Desa (Olongian), Kepala Pemerintahan Adat (Kapitaraja), Lembaga Hubungan Masyarakat (Madinu), Lembaga Hukum Adat (Wukum), Lembaga Sekretariat Pemerintahan Adat (Wala’apulu).

Struktur berikutnya, Lembaga Urusan Kesenian (Ojo Udae), Kepala Urusan Ketertiban dan Keamanan (Tadulako), Kurir (Pengata), Kepala Urusan Burung (Talenga) dan Kepala Urusan Pertanian (Pasabo).

Talenga berfungsi mendengarkan suara burung yang menentukan musim tanam, sedang Pasabo berfungsi menentukan kapan musim tanam dimulai.

Pembantu Dekan III FIB-UH, Drs Akin Duli MA juga meminta kepada tim ekspedisi  budaya agar laporannya, diedit ulang dan dikaji lebih dalam kemudian dijadikan sebuah buku.

"Laporan ini sangat penting, sebab bisa dijadikan referensi oleh pemerintah untuk lebih memperhatikan saudara-saudara kita yang belum tersentuh," ujarnya.

Dia juga mengatakan, agar kearifan budaya lokal yang tersebar di seluruh Indonesia dibuatkan legitimasi agar tetap terjaga kelestariannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com