Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Autis: Pandanglah Kami secara Normal

Kompas.com - 03/03/2009, 21:38 WIB

JAKARTA, SELASA — Tak sedikit pun kata keluar dari mulut Sue (28). Tatapannya semata terpaku pada tetesan air yang memenuhi sendok plastik kesayangannya. Ditumpahkannya dan kembali tetesan air kran yang mengalir di satu sudut rumahnya di Amerika Serikat ditadah lagi dengan sendok berwarna putih itu.

Cukup sering Sue sendirian melakukan hal itu. Baginya, aktivitas itu membuatnya tenang dan tenteram. Terkadang, Sue melanjutkannya dengan berdiri di depan pintu masuk rumahnya, meski tak jelas apa yang dilihat, dan bersandar setelahnya.

Ini adalah cuplikan film dokumenter yang berkisah tentang anak autis, digelar dalam orasi ilmiah bertajuk "Perspektif Positif dalam Memahami Autis" oleh Dr Adriana S Ginanjar, MS, dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Depok, Selasa (3/3).

Sue hanyalah salah satu dari sekian ratus anak autis di Amerika Serikat. Adapun jumlah anak autis di Indonesia, menurut Adriana, bertambah cukup pesat. Ini terlihat dari makin banyaknya pusat terapi yang menangani anak-anak autis, juga pembahasan di media massa, dan seminar-seminar. Sayangnya, belum ada data resmi dari pemerintah tentang jumlah anak autis.

"Di Amerika Serikat, sekitar satu dari 166 anak yang lahir tergolong anak autis. Nah, sayangnya pemerintah kita belum punya data jumlah anak autis seluruh Indonesia. Padahal ini diperlukan untuk memandang seberapa urgent hal ini harus mendapat perhatian agar anak autis tidak dimasukkan pada sekolah normal, seperti yang saat ini terjadi," terang Adriana.

Lebih lanjut, Adriana memaparkan, faktanya sekolah-sekolah normal ternyata belum mampu menangani anak autis. Cara memasukkan anak autis ke sekolah normal memang memberikan kebanggaan si orangtua bahwa anaknya normal.

"Sementara di lain sisi tidak ada kesiapan dari pihak sekolah dalam menangani anak autis termasuk teman-temannya yang kerap memperlakukan si anak autis dengan cara berbeda," terangnya.

Karena itu, menurut Adriana, perlu penanganan khusus terhadap anak autis. Memang, lanjut Adriana, menangani anak autis tidak mudah. Perlu ada kerja sama lebih baik dari guru dan orangtua yang berorientasi pada pengembangan diri dan menjauhkan anak dari bullying.

Orangtua perlu serius menemukan keunggulan anaknya melalui konsep multiple intelligence bahwa kecerdasan bisa beragam. Ada kecerdasan matematis, kinetik, matematis dan verbal. Setiap anak autis memiliki ciri khusus dalam kuantitas dan kualitas yang berbeda.

"Ini adalah keunggulan anak autis yang layak dikembangkan," terang ibu Atmazka Ginanjar yang juga menderita autis. Dengan demikian, tak heran cukup banyak anak yang menunjukkan kemampuan di bidangnya, seperti musik, seni, matematika, komputer, dan menggambar. Sebagian individu autis memiliki kemampuan luar biasa tanpa melalui proses belajar yang disebut savant, seperti mampu menghafal kamus ensiklopedia secara rinci.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com