Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TOP1 Luncurkan MV ATF, Type T-IV

Kompas.com - 02/03/2009, 07:36 WIB

TANGERANG, SENIN — Dengan semakin banyaknya mobil menggunakan transmisi otomatik—malah mobil premium kelas kini tak ada lagi yang menggunakan transmisi manual—pasar ATF (automatic fluid transmission), juga makin menarik bagi para produsen oli. Salah satunya adalah TOP1, satu merek oli yang populer di Indonesia.

Untuk mengekspos ATF TOP 1,  pihak manajemen menggandeng Ricardo Matic, pakarnya transmsisi otomotik di Indonesia. Ia diminta untuk menjelaskan pengalamannya menggunakan produk kami dan juga membahas masalah perawatan atau pergantian oli transmisi otomatik.

ATF yang dipasarkan TOP1 adalah Type T-IV yang memenuhi standar SP III dan JASO 1A. ATP ini digunakan untuk mobil-mobil yang menggunakan transmisi pada mobil sekarang. Harga yang ditawarkan, Rp 93.000 per liter. Memang sedikit lebih mahal dibandingkan merek lain. Namun klasifikasi dan kualitasnya lebih baik.

Penyebab utama. Pada kesempatan itu, Ricky Ricardo yang sudah punya pengalaman puluhan menangani berbagai problem transmisi otomatik mengatakan, 85 persen penyebab transmisi otomatik rusak atau menimbulkan masalah adalah ATF. "Ini tentu saja dalam konteks transmisi otomatik konvensional," jelasnya. Terutama transmisi otomatik konvensional yang menggunakan roda gigi planet untuk memindah tenaga  dan membuat  perbandingan putaran dari mesin dari ke roda

"ATF adalah darahnya transmisi otomatik. Cairan ini tidak hanya digunakan untuk melumasi komponen transmisi, juga  untuk menghasilkan tekanan hidraulik sehingga transmisi ini bisa bekerja," ungkapnya 

Karena itulah, ia minta pemilik mobil bertransmisi otomatik memerhatikan perawatan dan pergantian ATF dengan cermat. "Harga transmisinya cukup mahal. Mekanik yang mampu memperbaiki tidak banyak. Kalau rusak tentu saja merepotkannya," tambah pria lulusan Jerman ini.

Nah, kalau pergantian ATF dilakukan secara teratur, umur pakai transmisi otomatik lebih lama. Juga dipastikan, tidak menimbulkan masalah. Malah memberikan kenyamanan kepada pengemudi karena tak repot lagi mengoperasikan kopling dan gonta-ganti gigi. Apalagi kondisi jalan makin macet. "Untuk memperoleh kenyamanan, perawatan mesti diperhatikan," tegas Ricky.

Terlambat Mengganti. Dijelaskan, transmisi otomatik rusak karena ATF tidak pernah diganti atau diganti dalam jangka lama. Padahal, selama digunakan, stabilitas atau kemampuan melumas ATF juga turun. Hal itu disebabkan gesekan komponen transmisi dan juga putaran transmisi yang cepat. Karena itu pula, untuk menjaga stabilitas ATF, sistem transmisi dilengkapi dengan pendingin.

"Kemampuan ATF melumasi komponen, misalnya kopling jadi menurun. Akibatnya, karena tidak mendapatkan pelumasan yang baik, antara kopling saling memarut. Kondisi tersebut, setelah dalam waktu tertentu kopling makin tipis dan tidak bisa lagi memindahkan tenaga mesin dengan baik. Di samping itu, hasil parutan kopling yang menumpuk akan memengaruhi aliran ATF. Akibatnya, tarikan jadi payah, perpindahan gigi lamban. Atau malah bisa tidak bisa pindah gigi sama sekali," bebernya.

Berdasarkan pengalamannya itulah, Ricky menyarankan, ATF diganti setiap 5.000 km. Menurutnya, ada stuap penggantian 5.000 km hanya ATF yang ditransmisi yang diganti. Sedangkan penggantian setiap 20.000 km, seluruh ATF di dalam transmisi, termasuk yang berada di dalam konverter.

Dengan penggantian ATF seperti itu, selama 10 tahun transmisi otomatik dijamin tak akan menimbulkan masalah. "Hal itu telah kita buktikan. Memang biayanya jadi mahal. Tetapi kita juga memperoleh kenyamanan dari transmisi otomatis," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com