Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sutan Sjahrir 'Bung Kecil' di Mata Para Tokoh

Kompas.com - 26/02/2009, 22:47 WIB

Tak jauh beda dengan Nugroho Wisnumurti, tokoh Lemhanas yang menggambarkan Sjahrir sebagai seorang yang memiliki sense of society sangat kuat. Bagaimana ia mengingatkan pemerintahan untuk melakukan pendidikan politik setelah mencapai kemerdekaan.

"Yang aku ingat dia adalah seorang sosialis juga demokrat, seperti manganjurkan kepada pemerintahan, apa yang harus dilakukan pertama kali pascakemerdekaan adalah pendidikan politik. Ini diperlukan supaya para elit politik itu sadar akan kepentingan rakyatnya dan sadar bagaimana menetapkan pandangannya secara baik," ungkap Nug-panggilan akrabnya.

Begitu juga dengan Rahmat Tolleng, pengamat politik yang menampilkan Sjahrir sebagai sosok yang paham aturan main dalam kancah perpolitikan Indonesia. Ketika ia harus mengundurkan diri saat dukungan hampir tidak ada, atau sikap penolakannya menjadi penasihat Konferensi Meja Bundar, karena menghormati pemerintahan darurat Syarifudin yang lebih berhak. Juga politik pluralismenya yang sangat dijunjungnya dan nyatanya masih sejalan hingga saat ini.

"Saya kira hubungan lainnya Bung Sjahrir menghormati pluralisme. Bagaimana pada era perjuangan dibawah tahun 50-an di Jakarta yang banyak melakukan tindakan anarkisme, anti cina, anti manado. Padahal sejak awal, sudah memperingatkan politik pluralisme," ujarnya.

Yang juga tidak bisa dilepaskan adalah ahli sejarah kita, Rushdy Hoesein. Ia memandang Bung Kecil-panggilan akrabnya Sjahrir, seorang demokrat sejati dengan pemikiran-pemikiran yang hebat. Bayangkan di umurnya yang ke-25 ia sudah menjadi politikus aktif dan praktis umur 36 menjadi Perdana Mentri.

"Kekuatannya dalam strategi-strategi politik menjelaskan di usia 25 sudah mengkukuhkan sebagai politikus aktif, seperti merangkul dunia internasional demi membebaskan Indonesia dalam jajahan Belanda. Bagaimana waktu itu Sjahrir mengemukakan kejelekan-kejelekan Belanda di depan PBB. Ini yang kemudian disikapi Sjahrir dalam dua proyek besar yaitu perjanjian bilateral Indonesia dengan Inggris tanpa campur tangan Belanda. Tugas inggris adalah melucuti Jepang, sementara Indonesia membebaskan tawanan Inggris dan Amerika yang ditawan Jepang," paparnya.

Meminjam perkataan Soekarno, Bangsa yang besar adalah yang bangsa yang menghargai jasa pahlawannya. Lalu apakah kita sudah melakukan ini? Apakah sudah kembali membangkitkan jiwa kepahlawanan itu di setiap kehidupan kita setiap hari? Semoga, menjelang 100 Tahun Kelahiran Bung Kecil asal Padang Panjang ini menjadi tonggak untuk kembali mengingatkan jasa-jasa para pahlawan kita dan menjadikan Indonesia sebagai negara yang diharapkan Soekarno.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

Nasional
Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Nasional
Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Nasional
Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Nasional
Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Nasional
Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Nasional
Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami 'Fine-fine' saja, tapi...

Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami "Fine-fine" saja, tapi...

Nasional
e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

Nasional
Menteri PDI-P dan Nasdem Tak Hadiri Buka Puasa Bersama Jokowi, Menkominfo: Lagi Ada Tugas di Daerah

Menteri PDI-P dan Nasdem Tak Hadiri Buka Puasa Bersama Jokowi, Menkominfo: Lagi Ada Tugas di Daerah

Nasional
MK Buka Kans 4 Menteri Jokowi Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres

MK Buka Kans 4 Menteri Jokowi Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com