Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politik Etnis, Politik Agama

Kompas.com - 19/02/2009, 08:32 WIB

WARNA kuning sebagai simbolisasi Partai Golkar dan warna merah yang menjadi simbol Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan adalah warna yang kuat mendominasi peta politik di Pulau Kalimantan. Kedua partai berdiri di atas pijakan semangat nasionalis.

Bila membandingkan kekuatan parpol pada pelaksanaan pemilu dan pilkada, tampak rapuh basis massa di mayoritas wilayah di Kalimantan. Pada ajang kontestasi politik, terutama di tingkat lokal, isu-isu etnisitas dan keagamaan sering dijadikan alat untuk menggalang suara.

Diaspora partai politik berbasis Islam yang kian banyak pascareformasi memperlebar distribusi suara pemilih beragama Islam. Selain itu, pengaruh dan kecenderungan perilaku politik senantiasa terkait dengan karakter sosiokultural masyarakat di suatu daerah. Kategorisasi pengelompokan sosial yang timbul berdasarkan ras, agama, dan etnisitas tak jarang terjadi secara tumpang tindih dan paralel.

Hal ini mengakibatkan semakin dipertegasnya batas-batas solidaritas dan pengelompokan sosial. Hasanuddin dan Budi Kristanto (Jurnal Humaniora, Fakultas Ilmu Budaya UGM, Volume XII, No 1/2001) menyebutkan bahwa tiga entitas di Kalimantan dapat dikelompokkan menjadi komunitas suku Dayak yang merupakan kelompok kekerabatan yang tinggal di daerah pedalaman; lalu komunitas Melayu, Bugis, dan Arab; serta yang ketiga adalah imigran China yang bermukim di daerah pesisir.

Dalam perkembangan berikutnya kelompok Jawa dan Madura menambah warna dalam heterogenitas sosiokultural di pulau tersebut. Komunitas suku Dayak lebih merupakan komunitas yang berkarakter tertutup dan lebih menonjolkan kesamaan dan kesatuan sosio-kultural. Komunitas Melayu, Bugis, dan Arab merupakan kelompok penganut agama Islam yang lebih menekankan aspek sosiohistoris sebagai kelompok kelas penguasa, sedangkan komunitas China lebih merupakan suatu kesatuan sosio-ekonomi.

Dalam perkembangannya, kelompok Dayak yang telah menganut Islam menanggalkan identitas ”kedayakan” dan berinkulturasi menjadi etnik Melayu. Dengan demikian, kelompok Melayu (Melayu Banjar) inilah yang lalu menjadi etnis mayoritas di Kalimantan. Jumlahnya lebih dari 30 persen dari total populasi (berdasarkan sensus terakhir berjumlah 10,9 juta jiwa) di seluruh Kalimantan. Disusul etnis Jawa yang populasinya sekitar 16 persen. Etnis Melayu paling banyak terdapat di Kalimantan Selatan, sedangkan orang Jawa terkonsentrasi di Kalimantan Timur.

Melihat konfigurasi penduduk berdasarkan etnis ini, maka karakteristik sosiokultural di Kalimantan cukup heterogen. Sebaran etnis, kecuali di Kalsel, cenderung merata.

Jika mengukur dari proporsi penduduk berdasarkan agama, di Kalimantan mayoritas penduduk beragama Islam (77 persen). Konsentrasi pemeluk Islam paling banyak berada di Kalimantan Selatan, yaitu mencapai 97 persen penduduknya.

Membaca, apalagi memprediksi, kecenderungan politik pada wilayah yang berkarakter heterogen lebih sulit, terutama dalam konteks pemilihan yang bersifat lokal. Hasil pilkada yang berlangsung di Kalimantan Barat cukup menggambarkan fenomena ini.

Suara kelompok masyarakat Muslim yang jumlahnya 57 persen dari total populasi di Kalbar tersebar pada tiga pasangan calon yang bertarung. Sementara pasangan Cornelis-Christiandy Sanjaya yang diusung oleh PDI-P berhasil merebut 43,67 persen suara, padahal populasi penduduk Kristiani di Kalbar hanya sekitar 34 persen. (SUWARDIMAN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com