Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adipura Bukan Jaminan Lingkungan Benar-benar Bersih

Kompas.com - 10/02/2009, 17:48 WIB

LAMONGAN, SELASA - Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya pada Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Jawa Kementerian Lingkungan Hidup RI Setyo Winarso, pada Sosialisasi Program Adipura 2008-2009 di Lamongan, Selasa (10/2) menyatakan dengan diperolehnya penghargaan Adipura bukan berarti semuanya dalam hal ini lingkungan sudah benar-benar bersih. Dari penilaian pertama terhadap 114 kabupaten/kota regional se-Jawa tidak ada yang memperoleh nilai sempurna 100.

Pada pemantauan pertama (P1) Adipura tahun ini Kota Lamongan/Kabupaten Lamongan menduduki peringkat pertama dari 62 kota kecil se-Jawa dengan nilai 75,08, disusul Kota Pati/Kabupaten Pati dan Kota Boyolali/Kabupaten Boyolali. Posisi tersebut belum jaminan Adipura akan kembali diraih Lamongan untuk ketiga kalinya.

Untuk kategori kota sedang dan kecil se-Jawa, Kota Lamongan berada pada posisi kedua setelah Kota Lumajang Kabupaten Lumajang dengan nilai 75,34. Dari 22 kota kecil di Jawa Timur Lamongan berada di posisi pertama, disusul Kota Tuban/Kabupaten Tuban (74,19 ) dan Kota Mojosari Mojokerto (74,13).

Dari 17 komponen penilaian pada Pemantauan Pertama (P1) Adipura, nilai tertinggi Kota Lamongan disumbang komponen Puskesmas dan rumah sakit dengan nilai 79,31, dan komponen perairan terbuka (79,20). Komponen penilaian terkecil adalah komponen pasar dengan nilai 70,31 dan komponen pengolahan sampah (70,36).

Menurut Setyo ada beberapa hal yang masih perlu dibenahi seperti rumput di trotoar, pengelolaan Pasar Sidoarjo dan pembenahan saluran air. "Saya mengakui kondisi Kota Lamongan sekarang sangat bagus, jauh lebih bagus ketika penilaian pertama keikutsertaan Lamongan dalam Adipura. Dulu Adipura pernah dicerca dan sering diplesetkan menjadi adipura-pura. Pada kenyataannya, setelah Piala Adipura ditiadakan, kondisi kebersihan kota-kota di Indonesia sangat menurun," katanya.

Oleh karena itulah Adipura digelar kembali dengan harapan masyarakat akan mengubah pola hidup menjadi pola hidup bersih dan sehat serta peduli dengan lingkungan. "Adipura bukan tujuan akhir, namun hanya tujuan antara untuk menjadikan masyarakat memiliki budaya dan berpola hidup bersih dan sehat," kata Setyo.

Wakil Bupati Lamongan Tsalits Fahami Zaka menyatakan jika perilaku sehat dan bersih sudah terwujud, Piala Adipura adalah suatu kewajaran. Namun jika Adipura didapat tetapi perilaku masyarakat belum berubah, berarti patut dipertanyakan.

Tsalist berterima kasih dengan upaya Camat Lamongan Kota dan Camat Deket beserta semua jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sehingga Lamongan saat ini menduduki peringkat pertama kategori kota kecil se-Jawa pada pemantauan pertama. "Sebenarnya ada empat kunci keberhasilan memperoleh Adipura, yakni komitmen, koordinasi, mobilisasi serta kontinuitas,' katanya.

Komponen pengelolaan sampah menjadi komponen penilaian tersendiri pada penilaian Adipura, karena pengelolaan sampah yang keliru bisa mengakibatkan bencana. Sebagai contoh peristiwa Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah pada 2005 dan sampah Kota Bandung juga pada 2005. Pengelolaan sampah yang sebelumnya bobot nilainya hanya tiga kini dinaikkan menjadi delapan.

Kepala Bagian Lingkungan Hidup Lamongan Luluk Suprapti optimis, pada Penilaian kedua (P2) Adipura mendatang, nilai Kota Lamongan bisa naik menjadi 79. Pengelolaan sampah dimasukkan komponen penilaian Adipura sejalan dengan amanat Undang-undang Nomor 18 ta hun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com