Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saatnya Pop Kreatif Bangkit

Kompas.com - 25/01/2009, 01:32 WIB

DAHONO FITRIANTO

Arus utama industri musik pop Indonesia saat ini sudah saatnya menuai kritik. Membeludaknya gairah dan semangat untuk membikin dan mengorbitkan band-band beraliran pop rock terasa tidak diiringi dengan tumbuhnya kreativitas.

Hampir setiap hari muncul band baru, dengan formasi dan tampilan hampir sama, dan memainkan musik yang mirip-mirip pula. Bahkan, sebutan pop rock untuk musik yang dimainkan band-band debutan ini pun terasa berlebihan karena kadang hanya gaya rambut, celana, atau sepatunya saja yang meniru ciri-ciri bintang rock.

Selebihnya, secara musikal, mereka memainkan musik pop standar yang sekali-sekali dipoles dengan sayatan suara gitar listrik biar dikira berbumbu rock. Dengan cengkok vokal agak kemelayu-melayuan, mereka menyanyikan tema yang tak jauh-jauh dari cinta yang bisa membunuh atau terbongkarnya perselingkuhan.

Inilah hasil logika berpikir industri yang hanya berorientasi dagang. Memang terbukti musik semacam itu masih sangat laku di tingkat akar rumput pasar musik dan bahkan bisa membuat dangdut terpuruk (Kompas, 18/1).

Akan tetapi, jika logika seperti ini dipertahankan, dikhawatirkan nasib industri musik Indonesia, yang pernah diakui kualitasnya di pentas internasional, akan terjerumus seperti industri hiburan televisi kita. Sebuah industri yang mendewakan rating (baca: pasar) sebagai penentu kebijakan dan mendahulukan plagiat alih-alih kreativitas berkesenian.

Harapan

Dalam kondisi seperti ini, sungguh melegakan melihat kemunculan band-band baru, yang memilih untuk tak larut dalam arus utama yang membodohkan ini. Mereka masih berada di ranah pop dan tetap berjalan di jalur industri konvensional, tetapi mau melakukan usaha lebih keras demi menyajikan sesuatu yang berbeda. ”Bermusik, kan, bukan sekadar untuk cari duit atau memecahkan rekor,” ungkap Anindyo Baskoro atau Nino, salah satu vokalis band RAN.

RAN adalah satu dari segelintir band baru yang muncul dalam tiga tahun terakhir ini dan mengusung musik pop dengan sentuhan berbagai warna musik lain, macam soul, R&B, maupun jazz. ”Kami ingin tetap mencari kepuasan batin dengan memainkan musik yang kami sukai, tetapi juga masih mempertimbangkan selera pasar. Laku kalau gak enjoy kan percuma saja,” imbuh Astono Andoko alias Asta, pemain gitar RAN.

Hal senada diungkapkan Arya Bima atau Ayi, gitaris band Ecoutez!, yang mengusung musik hampir serupa dengan RAN. Menurut Ayi, apa yang dilakukan dia dan rekan-rekannya adalah meleburkan idealisme dengan tuntutan pasar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com