Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nisro, Melestarikan Salak Menambah Penghasilan

Kompas.com - 23/12/2008, 10:46 WIB

Memasuki jalan setapak di Dusun Kalimendong, Wonosobo, Jawa Tengah, orang harus berhati-hati. Sepanjang kanan kiri tepi jalan selebar 1,5 meter itu penuh dengan pohon salak setinggi sekitar 2 meter. Bila tak hati-hati, badan bisa tergores duri salak yang runcing. Ratusan pohon salak itu juga tumbuh lebat di bawah tegakan pohon pinus dan pohon albasia.

Ini tumpang sari pertama di Jawa Tengah, menanam pohon salak di bawah tegakan pinus. Ketika berumur empat tahun, pohon salak bisa berbuah. Panen pertama mematahkan mitos salak tak bisa tumbuh baik di bawah pohon pinus,” kata Nisro, Ketua Masyarakat Hutan Rimba Mulyo di Kalimendong, Kecamatan Leksono, Wonosobo.

Berkat tumpang sari pula, salak mengantarkan Nisro menjadi juara tingkat nasional kategori kepala desa penggerak pembangunan kehutanan. Alhasil, pada 6 Desember 2006, Nisro yang juga Kepala Desa Kalimendong menerima penghargaan sebagai penggerak pembangunan kehutanan dari Menteri Kehutanan.

Prestasinya itu juga mengantarkan Kelompok Tani Hutan Rakyat Sido Makmur di Desa Kalimendong menyabet juara nasional kategori kelompok tani hutan yang berprestasi pada 2006. Atas prestasinya itu, pria lulusan SMA ini kerap diminta menjadi penyuluh.

”Mengajak warga desa melestarikan hutan itu harus dengan semangat berbagi. Selain agar hutan tetap lestari, masyarakat juga bisa hidup dengan penghasilan layak. Tanpa penghasilan, sehebat apa pun hutan dijaga, tetap akan dijarah,” kata Nisro.

Pendataan tanaman salak pada 2008 mencapai 36.000 pohon dan hampir 60 persennya telah panen. Upaya menambah jumlah pohon salak dia lakukan melalui pembibitan sendiri.

Pilihan pada salak sebagai penopang kehidupan masyarakat tak salah sebab pohon salak berbuah sepanjang tahun dengan masa subur sampai 10 tahun. Rata-rata umur pohon salak di Kalimendong adalah 4-5 tahun, berarti masih cukup waktu untuk mengganti salak tua dengan pohon baru.

Rumadi, petani salak yang menemani Nisro, menambahkan, salak memberi penghasilan Rp 12.500 per pohon sehari. Setiap petani memiliki 25-50 pohon salak. ”Kami perkirakan pada 2009 akan ada penambahan pohon salak baru sekitar 1.000 pohon,” katanya.

Mencegah pembalakan

Tekad Nisro mengajak warga Kalimendong mengembangkan tanaman salak di pekarangan, kebun, ladang, dan kawasan hutan rakyat bercermin dari kerusakan hutan di desa-desa tetangga. Krisis moneter 1998 berimbas sampai desa yang berbatasan dengan hutan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com