Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sisa Gelombang Besar Itu Nyaris Tiada...

Kompas.com - 23/11/2008, 14:58 WIB

Awalnya, kedatangan kami ke Phuket memang hanya untuk Maya Bay. Impian tentang surga dunia yang dinikmati Leonardo DiCaprio dalam film The Beach. Satu tempat rahasia di Laut Andaman yang tersembunyi di balik karang raksasa. Tempat di mana waktu dan keindahan menjadi milik kami seutuhnya.

Empat hari berada di Phuket menyadarkan kami bahwa pulau ini tak hanya menawarkan Maya Bay, berenang di lautan, atau tiduran di kursi malas di pinggir pantai sambil menunggu matahari terbenam. Menikmati Phuket berarti menyaksikan geliat kehidupan setelah lima ribu nyawa terenggut akibat tsunami pada 26 Desember 2004 .

Kami berada di Phuket minggu pertama Maret 2008, tiga tahun berlalu sejak bencana yang juga memakan ratusan ribu korban jiwa di Aceh. Sudah tak tampak lagi tanda terjadi bencana besar. Wisatawan berkulit putih berkeliaran di sepanjang pantai wisata Patong, Karan, dan Kata.

Hampir semua jenis penginapan, mulai yang berbintang hingga kelas backpacker (hostel), habis disewa. Kami yang tak sempat memesan kamar jauh-jauh hari melalui internet harus sedikit bekerja keras keluar-masuk hotel untuk mendapatkan kamar.

Akhirnya, kami mendapat penginapan di satu gang di tepi Pantai Patong. Namanya cukup unik, B&B. Sempat kami mencoba menerjemahkan sendiri makna B&B. Mungkin Beach and Bitch. Tentu hanya sekadar gurauan. Tetapi, bukankah Phuket kerap identik dengan pantai indah dan wisata seks?

Tarif B&B cukup murah, 700 baht satu malam. Meski murah, sebagaimana semua hotel di Phuket, hotel ini juga menyediakan berbagai fasilitas yang dibutuhkan turis. Mulai dari internet di lobi dengan tarif 10 baht tiap jam, sewa sepeda motor 200 baht untuk 24 jam, hingga layanan tur ke berbagai tempat di sekitar Phuket.

Dengan layanan inilah kami ke Maya Bay. Tarifnya 700 baht tiap orang, meliputi perjalanan menggunakan perahu motor besar, makan siang di Pulau Phi-Phi, serta snorkeling dan kano di Maya Bay.

B&B hotel sudah berdiri sejak awal tahun 1990. Pemiliknya, perempuan berusia 45 tahun, Kobsook Aeowpreeda, lahir dan besar di pulau ini. Aeowpreeda menjadi saksi dinamika Phuket sebagai kota wisata, termasuk ketika tsunami menerjang.

”Hotel ini bangunan baru. Hotel yang dulu 200 meter dari sini hancur saat tsunami,” kata Aeowpreeda. Saat itu gelombang pasang air laut menyapu bersih lantai satu hotelnya. Dia dan keluarga berhasil selamat karena menyelamatkan diri ke lantai dua hotel.

Tidak sulit mencari lokasi B&B lama. Meski bangunan tak lagi digunakan, papan nama hotel masih terpasang di bagian depan. Hotel B&B lama terletak lebih dekat dengan bibir pantai Patong, sekitar 100 meter.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com