Somers dan Leo Dapat Nabil Award

Jakarta, Kompas - Peneliti Tionghoa asal Jerman, Mary F Somers (72), dan Leo Suryadinata (67) dari Singapura mendapat penghargaan Nabil Award 2008 di Jakarta, Sabtu (15/11) atas jasanya sebagai ilmuwan yang mendorong integrasi bangsa Indonesia.

Sejarawan Didi Kwartanada selaku juru bicara acara yang ditemui seusai penganugerahan hadiah mengatakan, kedua ilmuwan itu turut berjasa dalam pembentukan kebangsaan Indonesia yang dewasa serta menghargai keberagaman, khususnya dalam studi Tionghoa di Indonesia.

”Hingga Oktober 2008, Mary F Somers Heidhues telah menghasilkan 60 judul karya ilmiah yang terbit sejak tahun 1960 hingga tahun 2007. Disertasi doktoral Mary tahun 1965 tentang masyarakat Tionghoa di zaman revolusi merupakan karya ilmiah berbahasa Inggris pertama dan paling lengkap di bidangnya. Selanjutnya, dia mengembangkan kajian mengenai Tionghoa di pedesaan Asia Tenggara. Karya-karya mendorong saling pengertian dan integrasi sebagai bangsa Indonesia,” kata Didi.

Adapun Leo Suryadinata (Liauw Kian Djoe) yang lahir di Jakarta dalam 45 tahun telah menulis lebih dari 50 buku dan monograf dalam tiga bahasa, yakni Indonesia, Inggris, dan Mandarin. Leo juga menulis puluhan bab untuk buku dan artikel di pelbagai jurnal internasional. Menurut Didi, siapa pun yang mendalami studi Tionghoa pasti akan menjumpai karya Leo, profesor di National University of Singapore (NUS).

”Saya berterima kasih atas penghargaan ini. Saya bersyukur buku yang dibuat dapat menyumbangkan pemikiran di Indonesia,” kata Mary.

Dalam kesempatan itu diluncurkan buku Mary F Somers Heidhues edisi bahasa Indonesia berjudul Penambang Emas, Petani dan Pedagang di ”Distrik Tionghoa” Kalimantan Barat serta Timah Bangka dan Lada Mentok. (ELN/ONG)