Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bernard Arps, Tersihir Gamelan Jawa di Leiden

Kompas.com - 12/11/2008, 22:08 WIB

”Di Belanda kirim salam juga ada, tapi biasanya ada alasan jelas, misalnya ulang tahun atau ucapan selamat kelulusan. Tapi di radio di Jawa, terkadang tanpa alasan sama sekali.”

Setelah mendalami dan meneliti, Bernard menemukan bahwa budaya omong kosong lewat kirim salam di radio itu merupakan salah satu ajang membentuk dan mempererat jaringan sosial yang unik.

”Jaringan sosial ini bisa melibatkan orang yang tak berjauhan, bahkan tidak pernah bertemu sebelumnya,” katanya.

Studi Jawa di Leiden

Universitas Leiden, pengujung Oktober 2008. Musim dingin telah tiba. Daun-daun maple di sekitar kampus mulai luruh, meninggalkan jejak karpet kuning di tanah. Angin yang sesekali berembus mencipta gigil.

Di Kampus Universitas Leiden, rasa gigil itu menguap. Menemui Prof Bernard Arps, membincangkan Jawa dan Indonesia dari jauh, membuat pikiran menjadi lebih hangat.

Tiga puluh tahun melihat dan menyelami Indonesia, khususnya Jawa, masih menyisakan banyak tanya dan keingintahuan di benak Bernard. Indonesia masih menarik untuk dipelajari, terutama karena keanekaragaman budaya dan bahasanya.

Tradisi pengajaran tentang Jawa dan Indonesia (dulu Melayu) telah dimulai di Leiden sejak 1870-an. ”Dulu, studi Jawa dan Melayu (Indonesia) dipisahkan. Baru tahun ini digabung antara Jawa dan Indonesia,” katanya.

Menurut dia, pada masa kolonial Belanda di Indonesia, orang-orang Belanda yang hendak dikirim ke Jawa harus belajar bahasa dan budaya Jawa. Salah satu tempat penggemblengan itu, yang tertua dan masih bertahan, adalah Universitas Leiden.

”Karena itu, Universitas Leiden masih tetap mempertahankan studi tentang Jawa dan Indonesia,” kata pria yang fasih berbahasa Jawa halus ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com