Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasi Tumpeng dan Cendol ala Rotterdam

Kompas.com - 10/11/2008, 09:21 WIB

Sendiri menyusuri jalan-jalan di Rotterdam, Belanda, dengan sepeda pada musim dingin dan menemukan restoran Indonesia seperti bertemu karib yang lama berpisah.

Restoran itu berada gedung lantai dua di Jalan Westerkade 20-21 3016 CM, Rotterdam, persis di seberang Sungai Maas. Dari luar hampir tak ada ciri Indonesia, selain tulisan Indonesisch Restaurant Dewi Sri. Begitu masuk ke dalam, ornamen wayang kulit di dinding dan pintu masuk restoran langsung menggambarkan suasana Indonesia. Alunan gending Jawa menambah nuansa itu.

Romantisme Hindia Timur itulah yang hendak dijual Dewi Sri, selain juga menu masakan serba Indonesia.

Saya datang ke Dewi Sri pukul 17.45, masih agak awal untuk makan malam. Hanya ada dua meja yang terisi pengunjung. Tetapi, semakin malam, restoran itu pun penuh. Hampir semua pengunjung berwajah bule dan berbincang dalam bahasa Belanda.

Robin Jack Schuttevaer (33), manajer restoran, dan pemiliknya, Stephen Loe, menyapa dengan ramah, begitu tahu saya dari Indonesia.

Jack menuturkan, Dewi Sri sudah berumur 30 tahun, dirintis oleh ayah Stephen yang berasal dari Indonesia. ”Keluarga mereka meninggalkan Indonesia tahun 1950-an, berbarengan dengan eksodus orang-orang Maluku ke Belanda,” jelas Robin yang beribu Solo dan ayah berasal dari Surabaya ini.

Menurut Robin, Dewi Sri berusaha tetap mempertahankan rasa asli kuliner Indonesia. ”Bumbu dan rempah Indonesia yang kami gunakan asli Indonesia yang banyak dijual di toko swalayan di sini. Kokinya juga didatangkan dari Indonesia. Begitu juga pelayannya, semuanya dari Indonesia,” kata dia.

Menyajikan masakan Indonesia di Belanda memang tak sulit karena bahan baku makanan Indonesia mudah dicari. Di toko swalayan seperti Albert Heijn (AH), C1000, dan Super de Boer, bahan makanan Indonesia mulai dari tempe, tahu, kerupuk, sambal, sampai bumbu-bumbu Indonesia mudah ditemui. Mereka juga menjual makanan Indonesia, seperti nasi rendang yang sudah dikemas. Cara penyajiannya cukup dihangatkan di microwave.

”Dua puluh tahun lalu untuk masak masakan Indonesia masih susah karena belum banyak toko menjual bahan bakunya,” jelas Carol Oeij (65), pelayan restoran yang lahir dan besar di Bandung, dan pindah ke Belanda sejak tahun 1957. Carol sudah bekerja di Restoran Dewi Sri sejak 20 tahun lalu.

”Rijsttafel”

Salah satu menu andalan restoran ini adalah rijsttafel Dewi Sri, yaitu kombinasi sayur dan lauk pauk pilihan yang disajikan bersama-sama nasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com