Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosis Pemakaian Obat Kimia Pada Hortikultura Ditambah

Kompas.com - 09/11/2008, 18:56 WIB

MAGELANG, SENIN - Pada musim penghujan ini, dosis pemakaian obat-obatan kimia pada tanaman hortikultura di Kabupaten Magelang, ditambah. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi tarjadinya busuk buah akibat maraknya serangan jamur dan lalat buah.

Slamet, salah seorang petani asal Desa Sewukan, Kecamatan Dukun, mengatakan, takaran pemakaian insektisida yang pada musim kemarau berkisar 10 hingga 15 mililiter, sekarang ditambah menjadi 40 mililiter. Begitupun pemakaian fungisida yang sebelumnya hanya 10 gram, kini ditambah menjadi 20 gr.

Agar obat-obatan tersebut tidak hilang tersapu air hujan, maka dalam campuran obat tersebut sengaja saya tambahkan zat perekat, terangnya, Minggu (9/11). Slamet memiliki 1.000 meter persegi lahan yang ditanami cabai, seledri, kacang tanah, buncis, dan seledri.

Zat perekat adalah obat yang hanya dipakai saat musim penghujan. Untuk kebutuhan satu kali penyemprotan, biasanya digunakan 20 mililiter zat perekat.

Insektisida, fungisida, dan zat perekat tersebut dicampurkan menjadi satu dalam 17 liter air. Penyemprotan larutan obat-obatan tersebut ke tanaman, dilakukan setiap lima hari sekali.

Hendar, petani asal Desa Sudimoro, Kecamatan Srumbung, mengatakan, selain menambah dosis, dia pun juga meningkatkan frekuensi penyemprotan. "Jika biasanya cukup seminggu sekali, maka sekarang ini penyemprotan dilakukan setiap lima hari sekali," terang pemilik 1.500 meter persegi tanaman cabai keriting ini.

Hendar biasa menyemprot tanamannya dengan cairan yang merupakan campuran tujuh macam obat terdiri dari obat pencegah jamur, obat untuk pertumbuhan buah, obat untuk kesehatan daun, obat pencegah ulat, peransang tunas, obat pencegah lalat buah, dan perekat.

Dari tujuh jenis obat tersebut, Hendar hanya menambahkan dosis pemakaian obat pencegah jamur. Jika sebelumnya hanya dipakai 20 gram, maka obat pencegah jamur yang dipakai di musim penghujan ini mencapai 30 gram.

Serangan jamur biasanya terlihat dari munculnya bintik-bintik pada permukaan daun. Dalam waktu hanya sehari, amur ini akan menyebar ke seluruh daun dan batang, membuat tanaman layu dan tidak dapat tumbuh optimal. Pada kondisi ini, tanaman akan pendek dan memiliki sedikit bunga.

"Kalau toh sempat berbuah, buah yang dihasilkan akan berukuran relatif kecil dan busuk kehitaman," terangnya. Khusus untuk lalat buah, Hendar mengatakan, selain obat dia pun menggunakan perangkap lalat. Namun, serangan serangga ini pun tidak bisa sepenuhnya dihindari. "Biasanya setiap 1.000 batang tanaman, cabai yang busuk karena lalat buah minimal mencapai dua kilogram," terangnya.

Heri, petani di Desa Pagersari, Kecamatan Mungkid, mengatakan, penambahan obat dosis obat antijamur juga tidak bisa serta merta membuat tanaman terbebas dari serangan jamur. "Setiap kali petik, saya bisa menemukan tiga hingga empat kilogram cabai busuk karena jamur," terangnya.

Heri menggarap 8.000 meter persegi lahan tanaman cabai. Selama sebulan terakhir, dia sudah empat kali memanen cabai.    

 

 

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com