Anak-anak yang lelah akibat terlalu banyak diberi stimulasi biasanya menjadikan kegiatan ini sebagai upaya untuk menenangkan diri.
* Kelainan tertentu
Anak-anak dengan gangguan autisma, ADHD, tuli, buta, juga mempunyai kebiasaan membentur-benturkan kepalanya.
AMATI POLA
Kapan kebiasaan tersebut muncul? Pada kondisi seperti apa? Itulah pengamatan yang harus dilakukan orangtua untuk menemukan pola perilaku membenturkan kepala. Kalau perlu pancing dengan kondisi yang sekiranya akan menimbulkan reaksi sama.
Jika anak membenturkan kepala, tanyakan dengan bahasa sederhana tanpa nada interogatif, "Sayang, Mama khawatir deh, kok kamu membenturkan kepala sampai berbunyi duk-duk-duk? Kamu enggak apa-apa kan?" Lalu, lanjutkan dengan pertanyaan alasan anak melakukannya.
Bila sudah ditemukan penyebabnya, berikut cara penanganannya:
* Rhythmic motor habit = ajarkan cara melepas ketegangan
Jika si kecil melakukannya sebagai media pelepas ketegangan, maka usahakan untuk menurunkan ketegangannya. Misalnya dengan mengajarinya bernapas secara perlahan dan teratur, menyalurkan emosi dengan cara lain seperti menyanyi, menari, menggambar dan sebagainya.
* Mengisi waktu luang = bacakan dongeng