Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rasa Lokal Sepotong Iga Bakar

Kompas.com - 02/11/2008, 07:07 WIB

Rumus paling ampuh menarik minat konsumen lokal adalah mengakomodasi cita rasa lidah. Itulah resep manjur yang diterapkan Iga Bakar Warung di Jalan Affandi (dulu Gejayan) Kota Yogyakarta yang buka sejak Agustus 2007.

Warung ini bahkan dalam 10 hari terakhir menawarkan menu baru berupa iga bakar bumbu cobek, dengan daun kemangi sebagai penggugah selera.

Warung ini juga memadukan rasa manis pada madu atau pedas pada cabai dan lada hitam dengan keempukan daging iga sapi bakar.

”Semua memang untuk mengakomodasi lidah lokal. Kalau rasa iga bakar standar kan sudah ada teriyaki atau barbecue,” tutur General Manager Iga Bakar Warung Aan Subhan, Jumat (31/10).

Perhatian berikut adalah perilaku konsumen. Itu sebabnya konsep awal restoran ini mengadopsi elemen warung. Iga Bakar Warung menata ruang makan dengan bangku dan meja panjang dilengkapi satu kaleng kerupuk.

”Jadi, kalau mau makan sembari menaikkan kaki juga tidak masalah,” kata Subhan. Bahkan, jika seluruh meja sedang penuh, konsumen bisa saja di-sempil- sempil-kan di antara pembeli lain. Konsep serupa juga diterapkan restoran terkenal seperti Warung Made di Kuta, Bali, di mana pelanggan bisa mendapatkan teman atau relasi baru gara-gara duduk sebangku.

Istimewa

Ukuran iga bakar yang disajikan bisa mendekati gagang telepon atau kira-kira sepanjang 17-19 sentimeter seberat 200-250 gram. Ukuran iga bahkan melewati piring yang digunakan sebagai alas sajian.

Harum ramuan aneka bumbu menyeruap kala sepiring iga bakar terhidang di meja. Rasa manis yang mendominasi bisa dipadukan dengan sambal pedas, bawang bombai, lada hitam, atau ramuan madu.

Bagi pemuja cita rasa khas tradisional, menu baru dengan bumbu cobek dalam piring gerabah bisa menjadi pilihan. Lidah akan dimanjakan ramuan bumbu tradisional dengan potongan jeruk purut hingga daun kemangi. Tak perlu memedulikan table manner, iga bakar dapat disantap dengan tangan kosong.

Meski iga bakar tergolong makanan mahal, menu itu tetap terasa ”merakyat” ketika ditemani kerupuk khas warung. Meja panjang dengan bangku tanpa sandaran memungkinkan konsumen duduk dengan kaki diangkat di atas kursi, tertawa lepas, dan berbaur dengan pengunjung lain ketika bergabung dalam satu meja kayu coklat.

Pengunjung diberi dua pilihan porsi makan, yaitu single dan double. Iga bakar single dijual Rp 27.000 hingga Rp 29.000 per porsi, sedangkan porsi double Rp 33.000. Karena porsinya cukup besar, biasanya konsumen memesan satu porsi iga untuk berdua. Sajian iga bakar semakin mengenyangkan ketika ditemani sepiring nasi putih serta semangkuk kecil kaldu sapi berbumbu.

Rasa iga bakar yang ditawarkan antara lain pedas, madu, bombai, barbecue, teriyaki, lada hitam, dan spicy garlic. Ada pula menu cutsize dengan potongan daging kecil-kecil sehingga lebih mudah disantap, terutama bagi anak-anak.

Menu favorit para tamu adalah iga bakar madu dan pedas. Aneka rasa tersebut tersaji dalam bumbu terpisah yang bisa dioleskan di iga bakar yang tersaji di meja.

Penawar kolesterol

Karena diadopsi dari mancanegara, sajian iga bakar masih belum memasyarakat. Pengunjung sering kali dihinggapi ketakutan terhadap bahaya kolesterol. Menyiasati ketakutan itu, manajemen Iga Bakar juga menyajikan penawar. Kuah kaldu yang dihidangkan, misalnya, berisi campuran bawang putih dan bawang merah.

Kehadiran kuah menguatkan cita rasa khas tradisional Iga Bakar Warung. Konsumen Indonesia cenderung lebih nyaman mengonsumsi makanan berkuah. Meski hadir sebagai menu pendamping, kuah kaldu ini cukup lezat didominasi rasa pedas gurih.

Berbagai upaya mengurangi ketakutan terhadap lemak terus dilakukan seiring semakin tingginya kepedulian terhadap makanan sehat.

Iga Bakar Warung pun menyediakan minuman jus sayur penurun kolesterol dari Malaysia dengan rasa stroberi, moka, hingga vanili, dengan harga Rp 8.000 per gelas.

Iga Bakar Warung mendapat pasokan iga sapi dari Yogyakarta dan Solo. Syaratnya, sapi yang dipotong bukan sapi pekerja, harus jantan dengan kekhasan tekstur, serta bukan sapi yang digelonggong.

Di sana juga ada aneka menu lain, seperti ayam bakar sambal pedas, ayam goreng, hingga cah sayur tumis tauco. Semua hidangan itu dimasak dengan bumbu olahan khas warung yang buka pukul 11.00-23.00. Khusus akhir pekan, yaitu Jumat dan Sabtu, warung buka hingga pukul 02.00.

Aan Subhan mengatakan, awal tahun ini warung tersebut telah membuka cabang di Jalan Kaliurang dan Jalan Sagan. ”Awal pembukaan warung pengunjung sampai harus berdiri dan daftar tunggu cukup panjang sehingga kami cepat membuka cabang baru,” kata Aan.

Warung di Jalan Sagan hadir dengan konsep berbeda. Menampung masukan ide dari tamu, manajemen Iga Bakar Warung mengakomodasi kebiasaan anak muda yang menjadikan warung sebagai ajang bersosialisasi.

Supaya pengunjung bisa berlama-lama kongkow, Iga Bakar Warung di Kaliurang hadir dengan konsep ruang terbuka, tersedia hot spot untuk penggemar internet, tambahan menu kopi, serta sajian film dengan layar lebar. Nah sekarang waktunya menyeruput kopi, ugh benar-benar terasa iga. Jadi ingat Iga Mawarni….

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com