Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Seluruh Dunia Bunga Turun, Kecuali Indonesia

Kompas.com - 30/10/2008, 09:05 WIB

JAKARTA, KAMIS — Musim bunga rontok mulai datang. Otoritas moneter di berbagai negeri memangkas bunga untuk memulihkan ekonomi yang sakit karena krisis.

Di Asia, Korea Selatan dan China telah menggunting bunga acuan masing-masing. Pasar keuangan global juga yakin otoritas moneter di Amerika Serikat (AS), Federal Reserve, memotong bunga acuan mereka berkisar 0,5 persen-1 persen dalam rapat Federal Open Market Comittee yang berlangsung dini hari tadi. Pengelola moneter di Eropa juga sudah melempar sinyal akan mengekor AS jika Federal Reserve jadi memangkas bunga.

Namun, skenario yang bersifat anomali kembali menghantui Indonesia. Ada gelagat Bank Indonesia (BI) cuma akan menahan BI Rate 9,5 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG), 6 November. BI tidak akan menurunkannya sebagaimana yang berlaku di seluruh dunia.

Padahal, bunga tinggi sama sekali tak berguna mengatasi krisis di Indonesia. Kendati selisih bunga rupiah dengan bunga negara lain semakin lebar, toh investor asing tetap keluar membawa pulang investasinya. "Kenaikan BI rate lagi tidak akan efektif menjaga nilai tukar rupiah maupun menarik investor masuk," kata ekonom PT Bank Central Asia (BCA) Tbk David Sumual, kemarin.

David tak salah. Lihat saja, walau yield Surat Utang Negara (SUN) sudah nyaris 20 persen, pemodal asing tetap tak peduli. Malahan mereka masih saja menarik duitnya dari SUN. Per 28 Oktober 2008 SUN milik asing tinggal Rp 93,06 triliun, menyusut Rp 1,85 triliun ketimbang posisi per 24 Oktober 2008.

David bilang saat ini investor lebih suka mengisi portofolionya dengan aset berisiko rendah. Jurus semacam ini biasa disebut flight to safety. "Investor menilai pasar negara berkembang berisiko. Jadi, mereka pindah ke aset dollar," katanya.

Namun, David juga tak melihat BI bakal berani mengikuti penurunan bunga yang lagi ngetren. Sampai akhir tahun nanti, David memprediksi BI rate akan berada di kisaran 9,5 persen sampai 10 persen.

Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. Martin Panggabean menambahi, belum saatnya bagi BI menurunkan bunga acuan. Namun tak ada alasan pula bagi BI untuk mengerek BI rate karena bank sudah berlimpah uang. "Pilihannya hanya menahan bunga," ujarnya.

Setali tiga uang, Direktur Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa juga menilai BI rate tak perlu naik lagi. Ia menilai BI rate tak lagi mujarab untuk memulihkan rupiah.

Sebetulnya, pemerintah dan BI juga punya jurus lain untuk memulihkan iklim investasi di Indonesia di luar suku bunga. Salah satunya dengan membeli kembali SUN.

Dan hari ini pemerintah dan BI mulai membeli kembali enam seri SUN acuan dari pasar sekunder. "Soal nilai dan jumlah buy back kami tentukan secara bertahap sesuai kebutuhan," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto. Kalau jurus ini terbukti cukup ampuh, tentu BI tak boleh ragu menurunkan BI rate agar sektor riil bisa menggeliat .

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com